....

Senin, 27 Agustus 2007

Menjadi Wanita Bercitra Diri Tinggi

(Resensi ini dimuat di Sinar Harapan, Sabtu 11 Okt 2003)


Judul buku : Self-Esteem for Women; Panduan Praktis bagi Wanita untuk Mencapai Kesuksesan dalam Cinta, Karier dan Keluarga
Penulis : Lynda Field
Penerbit : Kaifa, Bandung
Cetakan : Juni, 2003
Tebal buku : xxvii + 188 halaman
Harga: --

TERLAHIR sebagai seorang wanita bukanlah satu kesalahan. Sebab, antara laki-laki dan wanita—sebenarnya—tak ada perbedaan krusial yang perlu diperdebatkan. Bahkan dengan kehadiran wanita, dunia seharusnya patut berbangga karena planet ini akan tetap eksis melangsungkan proses hidup umat manusia. Wanita akan jadi patner laki-laki, sebagai istri dan setelah melahirkan anak—adalah satu keniscayaan—wanita jadi ibu yang berperan besar dalam mengasuh dan membesarkan anak untuk mengisi pola budaya generasi baru dalam mewarnai peradaban dunia.

Tapi dalam sejarah umat manusia ada kesalahan dalam kehidupan di dunia ini. Selama berabad-abad, dunia ini dikuasai kaum laki-laki dan wanita dianggap makhluk lain.

Peran wanita selalu dimarginalkan dalam kultur yang hanya mengutamakan energi maskulin (mental dan fisik) serta mengerdilkan energi feminin (emosional dan spiritual). Akibatnya, ruang gerak wanita sangat terbatas dan kerapkali menerima perlakuan tak adil dari laki-laki, yang itu tak hanya dalam rumah tangga, melainkan pula dalam dunia kerja.

Buku Self-Esteem for Women; Panduan Praktis bagi Wanita untuk Mencapai Kesuksesan dalam Cinta, Karier dan Keluarga ini adalah sebuah buku yang bagus dalam melihat kesalahan kultur di atas. Menariknya, penulis lewat buku ini tak sekedar mengecam kesalahan kultur itu semata, melainkan pula berupaya membangkitkan kesadaran kaum wanita dalam melihat kultur yang salah itu dan kemudian memberikan kiat-kiat yang perlu dilakukan untuk merubah dengan cara mengembangkan energi keseimbangan agar nantinya kaum wanita memiliki citra diri tinggi dan bisa sukses merenggut kebahagiaan dalam cinta, dunia kerja dan keluarga.

Kesalahan kultur itu muncul sebagai akibat dari adanya pandangan negatif dalam melihat sosok wanita. Wanita yang semestinya berdiri sejajar dengan laki-laki telah diposisikan sebagai sub-ordonat. Itu terjadi tak hanya di wilayah keluarga, yang mana sejak lahir anak wanita dicitrakan lembut, lunak, lemah dan semacamnya.

Dalam skala lebih luas lagi (dalam masyarakat), wanita bahkan tak diberi ruang lebar karena dianggap perannya hanya sebagai pelengkap kaum lelaki belaka. Tak ayal, wanita kemudian mendapat perlakuan tak adil.

Wajar Anehnya, kaum wanita kerapkali menerima semua itu sebagai hal wajar dan bukan malah timbul adanya kesadaran, melainkan sering mencari kambing hitam. Tak salah, jika penulis lewat buku ini membeberkan kesalahan kultur itu untuk kemudian mengajak kaum wanita agar sadar diri.

Dengan menyentak kepongahan kaum wanita untuk punya kesadaran kreatif, meliputi upaya mengenalkan karekter, kodrat dan hal terdalam dalam jiwa wanita, penulis berharap agar kaum wanita tak hanya bisa mengenali diri dan keadaan saja, melainkan juga mawas diri (self-awareness) dan kemudian bisa mengubah pola pikir dan perasaan dalam mengambil suatu tindakan.

Memang, pola pikir seseorang amat menentukan kehidupannya. Tak salah jika dalam agenda yang dicanangkan penulis, upaya pengembangan diri bagi kaum wanita tidaklah lepas dari peneguhan pikiran (afirmatif), visualisasi kreatif (berpikiran kuat), memaafkan, mengembangkan energi diri (meliputi mental, spiritualiatas, emosi dan fisik), yang kemudian diikuti dengan apresiasi diri.

Kalau hal itu sudah dilakukan wanita, tak berlebihan jika nantinya akan lahir wanita baru yang bisa menjalin cinta dengan lelaki yang bersifat memupuk, memelihara dan bahkan dengan saling menyingkap tabir diri, wanita itu bisa mendapat keintiman cinta dan mendukung citra dirinya yang tinggi.

Lebih dari itu, karena setiap wanita akan jadi ibu, tak berlebihan, pola budaya patriartis itu tak diwariskan kepada anaknya. Karena wanita yang bercitra diri akan mengasuh anaknya dengan baik, mengembangkan unsur energi keseimbangan. Dalam kasus lain, toh jika wanita itu kemudian memasuki dunia kerja, tentu tak canggung jika bersaing dengan kaum lelaki. Dengan mengembangkan energi batin maskulin (yang tak hanya dimiliki lelaki), wanita bisa juga meraih kesuksesan yang dibanggakan.

Karena kini, wilayah publik tak hanya milik kaum lelaki, wanita dalam kancah dunia kerja juga sudah menunjukkan citra dirinya yang tinggi untuk bisa eksis dan tak tenggelam dalam emosi dan spritualitas belaka.

Tak berlebihan, jika kita menyebut buku ini sebagai buku bagus yang perlu dimiliki kaum wanita. Dilengkapi visualisasi dan latihan-latihan yang akan membuat kaum wanita lebih memahami dirinya, buku ini hanya punya niat melejitkan kaum wanita untuk memiliki citra diri yang tinggi. Karena wanita yang bercitra diri-lah yang akan bisa meningkatkan kemampuan diri dan sukses dalam setiap sisi kehidupannya, baik dalam meniti karier, hubungan cinta maupun dalam keluarga.

*) n_mursidi adalah pustakawan dan cerpenis.

Tidak ada komentar: