....

Kamis, 06 September 2007

Proses Metamorfosis Spiritualitas Seorang Exnun

resensi buku

Judul buku : Menerobos Kegelapan: Sebuah Autobiografi Spiritual
Penulis : Karen Armstrong
Penerbit : Mizan, Bandung
cetakan : Pertama, Mei 2004
Tebal buku : 558 halaman

PERJALANAN hidup seseorang tak selamanya berjalan linier atau lurus, seperti arah jarum jam. Tak jarang malah untuk merengkuh keberhasilan, orang harus melalui jalan yang berkelok. Sebab kesuksesan bukan berkah yang begitu saja turun dari langit. Dengan kata lain, keberhasilan adalah imbalan "kerja keras dan perjuangan" yang tiada henti. Untuk itu, orang sukses adalah orang yang menang berjuang melawan "cengkraman nasib dan kegagalan" yang kerapkali datang menghampiri bertubi-tubi dan ia mampu bertindak dengan terobosan baru hingga kemudian malah menghantarkannya merengkuh cahaya spiritualitas.

Setidaknya, perjalanan hidup berliku dengan deraan kegagalan itulah yang pernah dialami oleh Karen Armstrong sebelum ia kemudian dikenal sebagai penulis besar dan seorang monoteis bebas (freelance monotheist). Bagaimana tidak? Di usia yang masih muda, 17 tahun, ia atas keputusan sendiri memilih jalan hidup untuk jadi biarawati. Alasan atas pilihan untuk menetap di biara Katolik Roma, selain didorong gejolak jiwa di tengah "denting" hedonisme dan materialisme kehidupan kota Birmingham (kota kelahiran Karen), juga didorong panggilan hidup untuk merengkuh kesejukan ruhani. Ya..., dia ingin menemukan Tuhan melalui petualangan epik di tengah kebingungan diri.

Tapi apa yang terjadi setelah ia mengabdikan diri menjalani hidup membiara? Ternyata bukan getar religius dan dekat pada Tuhan yang didapat, melainkan didera krisis mental dengan "cidera" pada daya nalar kritisnya. Sebab tuntutan hidup yang menghendaki penundukan ego, ritual doa dan sakramen tidak bisa membawanya "bersatu" dengan Tuhan. Selain itu, juga ada beberapa metode pelatihan yang dirasa tak sehat dan tak masuk akal. Akibatnya, ia terombang-ambing dalam lautan cemas. Setelah mendekam 7 tahun dalam biara, ia akhirnya angkat kaki. Tak kuat!

Kisah perjalanan hidup dengan penuh gejolak selama 7 tahun membiara itu memang sungguh miris, tragis dan pilu. Tak salah, jika buku Through the Narrow Gate, sebuah buku yang ditulis Karen tentang pengalamannya selama 7 tahun di biara itu laris manis. Dari kesuksesan buku itulah, Karen kemudian menulis buku berikutnya, Beginning the World --sebuah buku yang bercerita tentang kepulangan Karen ke kehidupan awam. Akan tetapi ia sama sekali tidak puas dengan buku Beginning the World, karena dirasakan ada beberapa hal yang telah berubah dalam dirinya setelah duapuluh tahun berlalu di kemudian hari.

Akibat dari ketidakpuasan itulah, ia kemudian menulis buku Menerobos Kegelapan: Sebuah Autobiografi Spiritual ini yang dimaksud untuk meluruskan visi dari buku Beginning the World. Buku yang aslinya The Spiral Staircase: My Climb Out of Drakness ini berkisah tentang perjalanan spiritual Amstrong setelah pada tahun 1969, dia menutuskan keluar dari biara untuk mencari jalan hidup sendiri. Sebab selama tinggal di biara, ia merasakan mengikuti jalan orang lain. Tapi keadaan baik juga tak ia rengkuh di luar biara. Ia malah merasa putus asa, tidak tahu apa yang terjadi, juga apa yang mesti dan harus ia lakukan.

Pergulatan itu terus berlanjut dan tak berubah membaik. Malah, bukan hanya gagal sebagai biarawati (krisis spiritual) semata-mata, ia juga merasa telah kehilangan kepercayaan pada Tuhan (ateis). Lebih dari itu, beberapa kegagalan masih ia terima; tak lulus ujian doktoral serta diberhentikan dari pekerjaan sebagai staff dan guru di sebuah sekolah. Lebih tragis lagi, di tahun 1976 ia didiagnosis menderita epilepsi.

Tetapi, dia tak mau menyerah, justru kegagalan itu membuat perubahan radikal dalam hidupnya. Akhirnya, dia menapaki "hidup baru" sebagai penulis. Penelitian atas agama-agama Semit (Yahudi, Kristen dan Islam), telah membawa akar terdalam dari kebenaran agama. Bukunya A History of God (Sejarah Tuhan) setidaknya merupakan bentuk pencariannya untuk mengenal lagi (to turn again) agama, setelah ia sejak keluar dari biara mengaku ateis. Selain itu, ia juga menulis buku Muhammad, Berperang Demi Tuhan, Islam, Perang Suci serta Budha yang semua itu memberikan prespektif baru akan agama dan dari semua itu ia malah menemukan agama (Tuhan).

Perjalanan spiritual Karen, anehnya tak ia sadari. Ia dalam prakata buku ini bertutur, "Sejak lama saya berasumsi telah putus "hubungan" dengan agama untuk selamanya tapi pada akhirnya revolusi aneh dan tak terduga dalam hidup saya telah menghantarkan saya ke sejenis transformasi yang --kini saya yakini-- merupakan apa yang saya cari bertahun-tahun lalu saat saya mengemas koper, masuk biara dan berangkat mencari Tuhan" (hal. 28-29). Pendeknya, ia tak menemukan Tuhan di biara, tetapi di luar biara. Untuk itu, buku ini bisa dikata proses metamorfosis spiritualitas seorang exnun (mantan biarawati).

Kisah dalam buku ini, setidaknya bukanlah sekedar memoar biasa. Juga, bukan sekedar biografi biasa. Sebab Karen telah mencurahkan seluruh renungan "hal-hal dalam" (kehidupan pribadi) yang itu sebenarnya cukup "rahasia". Apalagi, Karen adalah mantan biarawati (exnun), yang tentu sisa saja akan nada kritis di masa lalu bersentuhan dengan kehidupan membiara, tak bisa ditepis. Ada kritik pedas yang tersembur dari pena Karen atas Kristianisme, juga Islam dan Yahudi. Karena dalam pengamatanya agama tak lebih invensi manusia.

Tak pelak, jika buku ini layak dijadikan bacaan "plus bagi" penganut agama untuk sebuah renungan (selain menggali kisah perjalanan spritual Karen yang menarik dari segi kepahitan dan kesuksesan yang telah dicapai) dalam hal mendalami hakekat kebenaran dari agama. Sebab selama ini agama masih kerapkali dimaknai sekedar ritualisme belaka dan lebih parah lagi justru banyak umat terjerumus dalam "kubang" formalisme, tanpa pernah menyentuh kedalaman agama secara hakiki.***

*) Nur Mursidi, cerpenis, alumnus Filsafat UIN, Yogyakarta

Tidak ada komentar: