....

Minggu, 09 Desember 2007

Petualangan Menguak Identitas Gender

Resensi ini dimuat di Surya, 09 Desember 2007

------------------------------
Judul buku : Female Undercover, Penulis : Norah Vincent, Penerbit : Dastan Books, Jakarta, Cetakan : Pertama, 2007, Tebal buku : 512 halaman
------------------------------

DARI sudut padang apa Anda bisa mengenali seksualitas seseorang? Hampir setiap orang, pasti akan menjawab lantang dari sisi biologis dan psikologis. Karena jurang pemisah antara pria dan wanita, tidaklah tipis. Wanita bisa dikenali mudah dari organ tubuh, seperti buah dada, kulit halus, sedang pria memiliki otot kekar, jakun, dan kumis.

Lagi pula, watak psikologis yang dipancarkan sensualitas kaum hawa tampak lembut dan penuh kasih. Sebaliknya, pria cenderung keras dan tak sabar. Maka tak salah, ada mitos pria bertindak dengan rasio sedang wanita terperangkap perasaan sehingga mudah menitikkan air mata.

Tetapi, usai membaca buku Female Undercover karya Norah Vincent ini, prespektif Anda pasti terbuka luas. Pasalnya selama satu tengah tahun Norah menyamar jadi pria, tak ada yang mengenalinya bahkan dari petualangan itu ia dapat menyibak rahasia yang belum tergali dan tak tampak di permukaan seputar dunia pria yang mengantar pengarang menggenggam pemahaman baru, tentang rahasia penting cara pria dan wanita menjalin komunikasi, dan perbedaan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Dilahirkan sebagai "perempuan", Norah merasa ada yang janggal dengan "gen" dalam tubuhnya saat ia beranjak remaja. Tidak mau diombang-ambing identitas gender yang ambigu, dia meninggalkan pekerjaannya sebagai jurnalis (kolomnis opini di Los Angeles Time), lantas berperan menjadi pria untuk berpetualang. Ia mengganti nama Norah jadi Ned, memakai janggut, memangkas rambut 'model petak', mengenakan bra tanpa cup, menaikkan berat badan, memakai penis prostetik seraya berbicara layaknya "pria sejati".

Lelaki palsu bernama Ned itu lalu bergabung dengan tim boling lelaki, kencan dengan beberapa wanita, menjadi salesman, masuk klub striptease, tinggal di biara, dan mengikuti klub khusus pria yang tertutup. Tak dimungkiri, sebagai wanita yang menyamar pria, tentu Ned menemukan pengalaman baru dan pemahaman yang tak pernah dialami sebelumnya tentang dunia pria yang nyaris tidak terbayangkan bagi kaum hawa. Di tempat latihan boling, ia melihat ada makna persahabatan yang terjalin cukup kuat meski tak memiliki pekerjaan sama, tapi bisa dipertautkan oleh hobi.

Pertemanan itu jauh berbeda dengan pengalaman saat ia menjalin hubungan (kencan) dengan wanita dan bekerja sebagai salesman. Pengalaman kencan, membuka matanya bahwa wanita kerapkali menyalahkan pria. Lelaki di mata wanita adalah musuh. Kenyataan itu tak beda jauh dengan persaingan di tempat kerja sebagai salesman. Ada perbedaan gender, dan persaingan ketat karena sales dipandang sebagai tangan kotor untuk menumpuk uang semata.

Sedang hubungan pria-wanita di klub striptease tidak lebih menukar kesenangan dengan uang. Penari telanjang terjebak nasib menyambung hidup dan perempuan "dilihat" sebagai obyek seks semata. Dari pengalaman seks yang diumbar liar itu, Ned ingin tahu jika seks dijauhkan dari kehidupan? Lantas, dia tinggal di biara dan melihat rahasia interaksi sosial di lingkungan biara yang diikat "persaudaraan", meski meniadakan dorongan biologis, hingga emosi mereka rusak karena tak ada pengaruh pengasuhan perempuan.

Tapi, petualangan Ned di klub khusus pria tertutup justru menemukan titik balik. Dia bukannya menemukan kebebasan, melainkan sadar bahwa jadi pria ternyata tak seperti yang dia impikan. Karena pada akhirnya sadar bahwa petualangannya tersebut bukan observasi tanpa tendensi. Bagi Norah pribadi tentu penelitian ini adalah penegasan identitas gender. Ia perempuan maskulin sekaligus lesbian dan ia butuh justifikasi untuk membuktikan apakah ia transeksual yang menikmati petualangan jadi pria? Tapi dari petualangan itu, dia tahu bahwa dia tak merasa menjadi pribadi utuh dengan diperlakukan sebagai lelaki.

Ia sadar, dia bukan pria yang terperangkap di tubuh wanita. Ia justru merasa terpenjara dalam beberapa hal. Pertama, saat berperan sebagai Ned, ia harus belajar dan berlatih jadi pria sejati. Kedua, itu tak muncul secara tiba-tiba, justru setelah berperan sebagai Ned, Norah malah mengenali "identitas Norah sendiri" sebagai perempuan berusia 35 tahun yang lembut.

Buku ini tak bisa dimungkiri adalah justifikasi identitas gender bagi Norah. Tapi, apa manfaat buku ini bagi pembaca? Ada dua pelajaran yang dapat dipetik. Pertama, pembaca dapat melihat rahasia penting cara pria dan wanita menjalin komunikasi, dan kode yang tak terucapkan soal pengalaman kaum lelaki. Kedua, Ned telah membuka mata pembaca bahwa "pengetahuan" tentang perbedaan sosial antara kedua gender itu nyaris tak dapat ditepis.

Tak salah, buku ini akan "membuka mata" kaum wanita untuk mengenal kehidupan pria. Meski Norah harus membayar mahal observasi itu, karena alam bawah sadar-nya mengalami serangan dahsyat yang membuat ia terluka. Itulah dampak emosional yang ditimbulkan dari petualangan Ned. Norah tahu itulah "hukuman" yang layak dia terima, karena mencampuri urusan orang lain, menceburkan diri dalam kehidupan kaum pria.***

*) n. mursidi, cerpenis asal Lasem, Jateng.

Tidak ada komentar: