....

Selasa, 14 April 2009

mendidik anak dengan sentuhan cinta

resensi ini dimuat di majalah Anggun edisi 4/II/april 09

Judul buku : Teaching With Love
Penulis : Nanang Fatchurochman
Penerbit : PT Senama Sejahtera Utama + Lendean Pustaka
Cetakan : Pertama, Desember 2008
Tebal buku : 203 halaman

Pendidikan anak sejak dini adalah hal mutlak yang tidak dapat ditawar. Maklum, anak adalah “aset masa depan” bagi orang tua, bahkan merupakan generasi penerus bangsa. Tetapi, tidak sedikit orangtua yang justru abai pada pendidikan anak. Dengan menitipkan anak pada lembaga pendidikan (semacam sekolah atau pesantren), orang tua kemudian merasa sudah tak lagi memiliki tanggung jawab. Padahal tidak sedikit lembaga pendidikan hanya mengedepankan praktek mengajar daripada mendidik.

Tak mustahil, tidak sedikit anak-anak di negeri ini yang tercerabut dari lingkungan dan terjerumus dunia kriminal; seperti tawuran, terseret narkoba, seks bebas dan bahkan pembunuhan. Lalu, apa yang salah dengan pendidikan di negeri ini? Menurut Nanang Fatchurochman, pengamat sekaligus praktisi pendidikan, karena tidak ada “sentuhan cinta dan kasih sayang” dalam pendidikan.

Dengan kondisi yang memprihatinkan itulah, maka Nanang mengharap konsep teaching with love yang digemakan dalam buku Teaching With Love: Pendekatan Cinta dan Akhlah Mulia dalam Pembelajaran ini bisa menjadi semacam sumbangsih terhadap dunia pendidikan di negeri ini. Karena bagi Nanang, sentuhan cinta adalah hal urgent dalam pendidikan anak.

Memang, “cinta dan kasih sayang” –menurut Nanang-- bukan segalanya. Tetapi, pendidikan tanpa sentuhan cinta dan kasih sayang, tentu saja akan menghasilkan anak yang secara intelektual mumpuni tetapi kering spiritualitas, tidak bermoral, tidak memiliki tata krama bahkan juga tidak berperadaban. Padahal, sentuhan cinta dan kasih yang diberikan oleh orangtua dan guru bagi anak sejak dini, tidak dimungkiri akan membantu perkembangan anak. Selain itu, sentuhan cinta dan kasih sayang dalam pendidikan jadi dasar peletakan watak dan kepribadian anak --yang dimulai dari lingkungan terkecil di mana manusia hidup; lingkungan keluarga dan sekolah (hal 20). Di lingkungan keluarga, orang tua dituntut menjadikan rumah sebagai surga (baiti jannati).

Semua orangtua mendamba anak bisa meraih masa depan dalam pendidikan. Karena itu, menurut Nanang orang tua harus menanamkan pendidikan akhlak sejak dini. Selain itu, orang tua dituntut mendoakan dan tidak henti-henti mendidik anak dengan suasana penuh cinta. Suasana cinta itu bisa diwujudkan orangtua dengan cara seperti menebarkan senyum, memberi penghargaan, penuh perhatian, bersahabat, memberi tauladan dan menjalin komunikasi yang harmonis.

Sementara di lingkungan sekolah, guru harus dapat menjadi pengganti orangtua sehingga dalam praktek belajar mengajar, guru tak hanya sebagai pengajar tetapi juga pendidik. Pendidikan dengan sentuhan cinta yang diusung Nanang, sebenarnya sudah diajarkan nabi berabad-abad lalu. Tetapi, anjuran nabi untuk mencintai anak sebagai modal pendidikan penuh cinta, rupanya sudah banyak dilupakan orang, terutama oleh sebagian besar orangtua dan guru.

Tidak mustahil, jika terbitnya buku ini akan memberikan semacam energi baru di dunia pendidikan kita. Penulis memang tak memberikan konsep dan teori pendidikan yang njelimet melainkan sentuhan cinta dalam pendidikan anak yang bisa dipraktekkan dan digali dengan gampang. Apalagi, buku ini ditulis dengan bahasa sederhana dan bernas. Tak salah, jika buku ini layak dimililiki oleh orang tua dan guru sebagai panduan dalam mendidik anak . (n. mursidi, blogger buku terbaik dalam Pesta buku Jakarta 2008)

3 komentar:

Sinta Nisfuanna mengatakan...

sangat menarik, jadi teringat satu artikel tentang kiat balita menghafal al-qur'an di Iran. mereka mengajari dengan cara mengajak murid-muridnya bermain, mewarnai dan memberikan hadiah-hadiah sembari menyelingkan ayat-ayat Al-Qur'an yang berhubungan dengan aktivitasnya. Penuh senyum, pelukan dan keceriaan...nuansa yang berbeda dengan sistem pendidikan Indonesia yang sebagian besar kaku. tengQ buat reviewnya mas

penulis mengatakan...

terima kasih juga. slmt berkarya, santi...

An mengatakan...

waa.. ternyata buku lama tahun 2008, yaa? saya belum pernah menemukannya di rak tobu :)

thank's buat resensinya, Pak Mursidi.