....

Rabu, 28 April 2010

meledakkan produktivitas

resensi ini dimuat di koran Jakarta, Rabu 28 April 2010

Judul : Beyond Productivity
Penulis : Sugeng Santoso
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan : I, Maret 2010
Tebal buku : 174 hlm.
Harga : Rp 50.000,-

TAK banyak orang yang bisa meraih sukses. Sebagian besar orang dapat dikata terhimpit kegagalan, dan merasa nyaman dengan kondisi hidup monoton, tak beranjak dari tempat yang membosankan kemudian jadi orang biasa. Kondisi itu, tentu meninggalkan pertanyaan menggelitik: mengapa sebagian kecil orang meraih sukses, bahagia dan bisa menjalankan bisnis dengan prestasi gemilang hingga mendapatkan penghasilan besar dibandingkan kebanyakan orang?

Pernyataan itu memicu Sugeng Santoso, penulis buku Beyond Productovity tersadar mencari jawaban. Setelah membaca buku dan belajar dari guru terbaik di dunia ia menemukan jawaban: pencapaian/produktivitas gemilang yang diraih orang sukses karena mereka memiliki kebiasaan, cara berpikir, dan cara bertindak yang berbeda dengan kebanyakan orang. Jadi, jika ingin meraih sukses maka tidak ada cara lain, kecuali mengikuti jalan hidup berbeda seperti yang ditempuh orang sukses.

Itulah pesan yang disampaikan Sugeng dalam buku ini. Baginya, jika orang tergerak mengubah cara berpikir, kebiasaan, cara bertindak lama, maka "secara otomatis" akan meraih sukses. Karena kesuksesan, kebahagiaan dan produktivitas itu tidak kebetulan. Jika ingin meningkatkan produktivitas (juga meraih sukses dan hidup bahagia), maka "harus" mempelajari dan mempraktekkan tentang ilmu produktivitas. Semua variable tersebut terkait dengan skill dan semua skill (atau keahlian) itu dapat dipelajari (all skills are learnable).

Tapi, hampir sebagian besar orang tidak bisa mengambil manfaat dari aktivitas belajar dan menerapkan untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Tak jarang orang dihinggapi hambatan psikologis, seperti psycho sclerosis (fokus dan mencintai diri sendiri, tidak mau mendengarkan ide baru dari orang lain), merasa sudah tahu, dilanda sikap penyaring negatif (curiga orang lain tanpa alasan), tidak memiliki rencana lebih lanjut, tak sabar, tak antusias, tak terlibat 100 persen (setengah hati), tidak mau berbagi dengan mengajarkan pada orang lain. Padahal, hambatan-hambatan itu harus disingkirkan. Karena untuk dapat meningkatkan produktivitas, semua itu harus dirubah. Dengan kata lain, untuk mengubah hasil (bisa sukses), seseorang harus mengubah penyebabnya (hambatan).

Memang meledakkan produktivitas itu tidak mudah. Dibutuhkan kesadaran yang bisa mengantarkan orang paham akan kebiasaan lama, meninggalkannya dan menjalani kebiasaan baru. Dalam proses itu, ada pemisahan kebiasaan lama yang tak mendukung kesuksesan, dikondisikan ulang sampai jadi kebiasaan. Karena -menurutnya-- perbedaan orang produktif dan orang tak produktif terkadang hanya terletak pada komitmen dan kemampuan memaksakan diri untuk terus melakukan tindakan yang membawa ke arah impian yang ingin diraih (hal. 51).

Pasalnya, produktivitas itu bukan sesuatu yang dapat dilakukan sewaktu-waktu saat dibutuhkan melainkan kebiasaan. Jadi, produktivitas itu soal life management, bukan time management. Karena itulah, orang produktif memahami 2 aturan: memilih pekerjaan penting yang memberi kontribusi pendapatan besar dan jadi lebih baik. Juga, memiliki kejelasan, mengenali kemampuan (diri), mengetahui faktor penghambat di dalam diri, kreatif, fokus, berani, dan memilih pekerjaan penting, memiliki pembimbing dan memiliki hati yang mau melayani.

Orang produktif akan bisa menentukan prioritas pekerjaan mana yang harus dipilih untuk mendapatkan pendapatan besar. Karena setiap orang tidak memiliki banyak waktu mengerjakan semua hal. Jadi, harus menentukan prioritas (dari pekerjaan) berdasarkan kategori. Ukuran yang disarankan Sugeng adalah prinsip Pareto 80/20: mendapat penghasilan 80 % dari kerja 20 %. Dengan begitu, kerja yang dikerahkan tak membuang waktu tapi berpendapatan tinggi. Pekerjaan tak penting didelegasikan pada orang lain. Alhasil, pilihan itu mampu menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepet, lebih baik dan bahkan lebih berkualitas. ***

*) N. Mursidi, blogger buku terbaik dalam Pesta Buku Jakarta, kini tinggal di Jakarta

Tidak ada komentar: