....

Jumat, 17 Juni 2011

Menyingkap Rahasia Memahami Pikiran Orang

resensi ini dimuat di Harian Pelita, Sabtu 17 Juni 2011

Judul buku : Membaca Pikiran Orang Lewat Bahasa Tubuh
Penulis : Dianata Eka Putra
Penerbit : Kaifa, Bandung
Cetakan : Pertama, 2010
Tebal buku : 148 halaman

TUTUR kata, perkataan atau ucapan seseorang, kerap kali diteguhkan sebagai ungkapan atau mewakili isi pikiran dan perasaan. Padahal, semua itu tidak sepenuhnya benar, dan belum tentu menjadi jaminan sepenuhnya. Karena orang bisa saja berkata tidak jujur (bohong), mengumbar "janji-janji kosong" dan berdalih dengan seribu satu alasan melalui perkataan yang menyakinkan. Makanya, kalau hanya "mendasarkan" keabsahan kejujuran seseorang hanya lewat ucapan yang keluar dari mulut tentu akan terkecoh dan tertipu. Bahkan keterkecohan itu ujungnya memerosokkan pada jurang kepercayaan sempit, karena tanpa dilandasi kejelian dan kepekaan.

Lalu kejelian atau kepekaan apa yang dibutuhkan kalau perkataan atau tutur kata seseorang tidak bisa dipegang? Ada sinyal atau gerakan lain yang bisa ditangkap selain mendasarkan atau memperhatikan ucapan yang terucap. Sinyal itu bisa ditangkap dari gerakan tubuh. Karena, tidak bisa disangkal bahwa bahasa tubuh (body language) itu sebenarnya merupakan selaksa bentuk komunikasi non-verbal yang lebih mewakili pribadi seseorang. Karena itu, jika tidak ingin terkecoh atau tertipu, orang harus memiliki kemampuan menangkap sinyal bahasa tubuh itu.

Mengapa bisa bahasa tubuh lebih mewakili isi pikiran dan perasaan seseorang daripada apa yang dituturkan? Dianata Eka Putra, seorang praktisi pemasaran dan penulis buku Motivasi best-seller lewat buku berjudul Membaca Pikiran Orang Lewat Bahasa Tubuh ini menguraikan bahwa tubuh itu merupakan sebuah benda yang unik, di mana seluruh gerakan yang ditampilkan oleh tubuh itu adalah aplikasi dari semua yang dipikirkan oleh seseorang. Bahkan pada waktu orang tidak mengucapkan sepatah kata pun, atau diam seribu bahasa, tubuh tetap memunculkan gerakan yang sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran (dan perasaan) seseorang.

Karena itu, jangan terkecoh pada perkataan dan tutur kata yang keluar dari mulut seseorang jika dari komunikasi non-verbal atau bahasa tubuh yang muncul justru menunjukkan kebalikan, atau hal yang bertolak belakang dengan apa yang terucap. Tetapi, untuk bisa menangkap sinyal atau "kode bahasa tubuh" itu dibutuhkan kepekaan atau kejelian. Lebih dari itu, juga dibutuhkan latihan yang tidak dapat dipelajari dalam semalam. Kendati demikian, bukan berarti kepakaan dan kejelian itu hanya dianugerahkan Tuhan kepada cenayang saja, melainkan sebenarnya bisa dipelajari oleh siapa pun dan untuk bisa menangkap kode bahasa tubuh itu tidaklah sulit.
Karena semua itu bisa dilihat dari perubahan tubuh seseorang tatkala orang itu mendapat masukan atau stimulus, baik dari dalam maupun dari luar tubuhnya.

Dari gerakan tubuh dan perubahan posisi seseorang itulah, dapat dilihat dengan jelas perubahan emosi yang dialami. Itu dapat ditangkap jelas, karena emosi yang timbul dari gerak perubahan direspon oleh alam bawah sadar. Sehingga orang yang berbohong dan bicara tidak jujur, alam bawah sadarnya menggerakkan tubuh untuk memberikan respon.

Kepekaan bisa memangkap semua itu, pastilah membuat orang tak akan mudah ditipu. Di sisi lain, kepekaan itu juga bisa mengantarkan seseorang menjadi lebih bijaksana dan bisa mengambil sikap yang arif di tengah suasana atau buruknya sebuah hubungan dengan orang lain. Lebih dari semua itu, orang yang memiliki kepakaan pada akhirnya bisa meraih kesuksesan karena kesuksesan seseorang itu sebenarnya bukan didasarkan pada segulung pengetahuan yang mengumpal di otak melainkan terletak pada sikap bagaimana ia bisa menjalin hubungan yang baik (bersosialisasi) dengan orang lain. Itulah kelebihan dari seseorang yang bisa membaca pikiran orang lain lewat bahasa tubuh.

Selain memahami bahasa tubuh untuk bisa membaca pikiran orang (yang sedang berbohong), buku ini pun mengenalkan pada pembaca akan keragaman bahasa lain, seperti memahami orang yang sedang tertarik hatinya (jatuh cinta), membaca perasaan orang yang sedang dilingkupi kekecewaan, kemarahan, bahkan bahasa orang yang sok berkuasa. Lebih jauh, bahkan penulis mengungkap bahasa tubuh khas dari penjuru dunia. Buku ini pun, tak bisa disangkal, akan mengantarkan pembaca memiliki setangkup pengetahuan dan bisa dipraktekkan untuk membaca komunikasi baik secara oral maupun non verbal lewat bahasa tubuh (body language).

Dengan bekal itulah, pembaca tak saja akan bertambah wawasan, karena buku ini mengantarkan pembaca pada keragaman bahasa lain --selain bahasa yang terucap dari mulut. Tak salah, jika buku ini pun bisa membekali pembaca untuk bisa sukses menjalin hubungan dengan orang lain dalam pergaulan yang harmonis. Dan dengan menguasai bahasa tubuh itu, pembaca ibarat memiliki kunci (bisa) membaca pikiran orang lain. Akhirnya, dengan berbekal pengetahuan itu, pembaca pun bisa selamat dalam upaya penipuan, sukses dalam karier, dan mampu memahami orang lain.

Dengan bekal pengetahuan yang menyingkap kunci itu, maka hidup yang dijalani pun akan menjadi damai dan bahagia karena pembaca buku ini akan mampu membaca pikiran orang lain. [ ]

*) N. Mursidi, cerpenis tinggal di Jakarta

Tidak ada komentar: