....

Minggu, 18 September 2011

Kenangan tentang Sisi Baik Soeharto

resensi ini dimuat di Bisnis Indonesia, Minggu 18 September 2011

Judul : Pak Harto: The Untold Stories
Penulis : Donna Sita Indria dkk
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan : Pertama, Juni 2011
Tebal buku : 604 halaman
Harga buku : Rp 300.000, -

SEJATINYA, manusia itu bisa diibaratkan serupa (uang) koin -yang memiliki dua sisi berlainan. Pada satu sisi, dia dilekati dengan watak baik (malaikat), tapi pada sisi lain memiliki watak jahat (setan). Tak terkecuali dengan Soeharto. Ia yang pernah menjabat sebagai presiden Republik Indonesia selama kurang lebih 32 tahun, ternyata tidak lepas dari rapor dengan catatan merah. Ia ditengarai sebagai pemimpin yang meninggalkan setumpuk kontroversi. Tak salah, pasca Orde Baru tumbang, tuduhan buruk pun disematkan di pundak Soeharto--bahkan tanpa tedeng aling-aling.

Tetapi di balik rapot merah itu, dia tetap sosok yang memiliki segudang kebaikan. Buku Pak Harto: The Untold Stories ini adalah rekaman kenangan akan setumpuk kebaikan Soeharto yang memuat kisah-kisah menarik dan menyentuh (human interest) dari riwayat keseharian Soeharto.

Bahkan, buku yang dituturkan oleh 113 narasumber yang sebagian besar pernah "dekat" Soeharto dalam rentetan suka duka ini memotret gamblang sisi baik Pak Harto yang konon tak pernah diumbar (dipublikasikan) ke hadapan publik. Karena dalam buku -yang juga disertai foto-foto pak Harto- ini tertuang kisah-kisah yang bisa disebut the untold stories dari sosok Pak Harto.

Sejarah Orba memang telah berlalu. Tetapi Soeharto memang bukan sekadar pemimpin biasa. Tak salah, kalau sebagian besar tokoh yang dimintai pendapat dalam buku ini, memuji dan mengakui akan kepemimpinan Soeharto; sederhana, tegas, berani, tulus dan konsisten.

Mien R. Uno mengaku sempat larut dengan kesederhanaan hidup Pak Harto. Secara lugas ia menobatkan Soeharto sebagai pemimpin yang memiliki "Kepribadian yang Hebat" (368-373). Kesederhanaan Pak Harto juga diakui oleh Haryono Suyono yang ketika menghadap Pak Harto ke istana; disuguhi singkong rebus ("Singkong Rebus di Istana Negara" [510-511]). BJ. Sumarlin pun melihat Pak Harto tak segan-segan makan mie instant. Hal itu diakui untuk ikut merasakan apa yang dimakan oleh rakyat biasa.

Sementara Soeryadi (ajudan Soeharto) --kurang lebih 4 tahun jadi ajudan (1981-1985)- menceritakan bahwa Pak Harto adalah pemimpin yang selalu siaga tidak saja dalam keseharian melainkan juga saat menghadapi masalah penting ("Cermat Mengolah Informasi" --hal 108-111). ***

*) N. Mursidi, cerpenis dan blogger buku, tinggal di Jakarta

Tidak ada komentar: