....

Jumat, 26 Juli 2013

Kegigihan dalam Keterbatasan

oleh: Firdha Yunita Nur Aisyiyah

Judul buku : Tidur Berbantal Koran: Kisah Inspiratif Seorang Penjual Koran Menjadi Wartawan
Penulis      : N. Mursidi
Penerbit    : Elex Media Komputindo, Jakarta
Cetakan    : Pertama, Februari 2013
Tebal Buku: xvi + 243 halaman
ISBN         : 978-602-020-594-6
Harga        : Rp 44.800,-

Buku yang berjudul Tidur Berbantal Koran ini adalah karya perdana dari seorang penulis asal Lasem, Jawa Tengah, N. Mursidi. Kisah inspiratif ini ditulis oleh N. Mursidi sesuai dengan realitas kehidupan yang dia alami, mulai ketika masih bukan siapa-siapa sampai suatu ketika berhasil meraih mimpi di tengah keterbatasan. N. Mursidi merupakan seorang lelaki yang berani berjuang melawan ketidakmungkinan yang hampir merampas, bahkan menghancurkan benteng cita-citanya. Berbagai cobaan dari Allah SWT tak henti-hentinya menguji kesabaran, keseriusan, dan tekad yang ada dalam diri N. Mursidi. Dia menyadari bahwa cobaan yang datang bertubi-tubi itu adalah secuil ujian yang Allah SWT berikan kepadanya.


Pada hakikatnya, cobaan adalah segelintir ujian yang Allah SWT berikan kepada siapa pun mereka yang menjalani hidup, terlebih untuk mereka yang ingin mendapatkan apa yang mereka inginkan. Karena melalui cobaan, maka seseorang akan bisa merasakan nikmat dari sebuah perjuangan setelah dia berhasil melewatinya. Hingga suatu ketika, berkat kegigihan N. Mursidi menghadapi cobaan Allah SWT, akhirnya N. Mursidi berhasil memetik hikmah dan mendapatkan nikmat melebihi perjuangan dan pengorbanan yang dia lakukan.

Kisah inspiratif yang berdasarkan kisah nyata ini berawal dari sebuah mimpi seorang remaja dalam menimba ilmu di sebuah perguruan tinggi negeri yang mana pada akhirnya mimpi tersebut kandas. Namun di balik kandasnya mimpi itu, sebenarnya terkandung sepenggal cerita yang melatarbelakangi. N. Mursidi memiliki riwayat sekolah yang kelabu. Ketika lulus dari MI (Madrasah Ibtidiyah), dia ingin melanjutkan ke SMPN di kota kelahirannya. Alhasil, N. Mursidi tidak diterima di sekolah tersebut dan akhirnya terdampar di SMP swasta. Hal yang sama terjadi ketika SMA dan berlanjut hingga perguruan tinggi. Itulah sebab mengapa N. Mursidi tidak bisa masuk di perguruan tinggi negeri yang diinginkan dan terpaksa mengenyam ilmu di perguruan tinggi swasta meski tidak mendapat restu dari Sang Ayah lantaran Sang Ayah pesimis dengan kemampuan N. Mursidi apabila dilihat dari riwayat sekolahnya dulu.

Ditambah lagi, N. Mursidi harus meninggalkan kampung halamannya dan mengenyam pendidikan di Yogyakarta. Satu kendala di sini, yakni uang. Diceritakan bahwa orangtua N. Mursidi baru saja pergi haji dan semua uang tabungan telah habis untuk biaya haji tersebut. Meski demikian hal itu tidak membuat N. Mursidi patah arang. Beliau tetap bersikeras untuk mengubah hidupnya dan Beliau juga tidak berkeinginan untuk melanjutkan usaha ayah dan ibunya sebagai pedagang. Akhirnya bondo nekad, N.Mursidi meninggalkan kampung halamannya.

Pada dasarnya N. Mursidi bukanlah seorang penulis. Menjadi seorang penulis bisa dikatakan salah satu implikasi dari cobaan yang datang ketika N. Mursidi menjadi mahasiswa di Yogyakarta. Saat itu, kurang dari satu bulan menjadi mahasiswa, ternyata ayah N. Mursidi jatuh sakit dan terpaksa tidak bisa mengirimi uang untuk kuliah. Akhirnya, demi mencukupi kebutuhan hidupnya, N. Mursidi terpaksa harus berkerja, yakni sebagai penjual koran. Namun, siapa sangka di jalanan dia justru mendapat banyak ilmu dan pengalaman hidup yang tidak pernah didapatkannya di bangku kuliah. Berangkat dari keadaan itu, N. Mursidi mempunyai sebuah mimpi besar yaitu menjadi penulis dan tulisannya dimuat di koran.

Pengarang buku yang berjudul Tidur Berbantal Koran ini memulai mengembangkan kreatifitasnya secara autodidak. Perlahan tapi pasti dan tak kenal menyerah. Itulah motto yang dijadikan tiang penyangga N. Mursidi untuk tetap berkarya dan merintis karirnya meski badai seringkali datang menerpa. Suka-duka dialami oleh penulis hebat ini. Mulai dari karya-karyanya yang tidak kunjung diterbitkan di koran selama berbulan-bulan bahkan sampai tahunan, tekanan psikologisnya karena ejekan dari teman-temannya, keluar dari perguruan tinggi swasta karena terhimpit ekonomi, sampai rasa penat yang sering muncul akibat dari semua cobaan tersebut. Namun, berkat semangat dari salah seorang temannya, N. Mursidi bisa menghalau semua cobaan tersebut secara perlahan dan dalam diri N. Mursidi muncul semangat yang menggelora untuk tetap berkarya dan berkarya.

Di balik cobaan yang mendera N. Mursidi, akhirnya N. Mursidi dapat merasakan nikmat dari jerih payahnya. Perjuangan yang tak kenal lelah dan putus asa itu ternyata mampu mengantarkan N. Mursidi meraih mimpinya. Tak disangka ternyata sekian lama perjuangan yang telah dilalui, tiba saatnya tulisan-tulisan N. Mursidi secara perlahan diterbitkan di koran, mulai koran lokal bahkan sampai nasional. Melihat segala bentuk  perjuangan dan pengorbanan N. Mursidi, teringat kata pepatah “Berakit-rakit ke hulu,berenang-renang ke tepian” yang artinya bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Dan ternyata N. Mursidi salah satunya yang berhasil melakukannya.

Dalam true story karya N. Mursidi ini terdapat kelebihan dan kekurangan. Kekurangan yang terdapat dalam buku ini yaitu buku ini kurang memperhatikan tulisan (dalam arti pengetikan) dan banyak ditemukan kata-kata yang dalam pemisahannya kurang tepat. Seperti pada halaman 12 paragraf 1 baris ke-4 pada kata “ada”. Dalam buku ini kata “ada” ditulis ganda. Kemudian halaman 14 paragraf 2 baris ke-5 pada kata “mampu” ditulis “mimpu”. Menyusul halaman 41 paragraf 1 baris ke -6 pada kata “tebersit”. Selain itu penggunaan kata yang tidak sopan seperti pada halaman 45 pada kata “jancok”. Mengenai pemisahan kata yang kurang tepat dapat dilihat pada halaman 29 (sebagai perwakilan karena terlalu banyak dan hampir ditemukan di setiap halaman) pada kata “ucapanku” dan juga penulisan “itu” pada halaman 200 yang hanya ditulis “tu” tanpa huruf “i” di depannya. Ini semua dilihat dari format penulisannya.

Namun di balik kekurangan tersebut, terdapat banyak kelebihan yang terkandung dalam buku Tidur Berbantal Koran ini. Dari segi pendidikan, buku ini adalah salah satu bukuyang mengadung nilai edukasi. Salah satunya yaitu perjuangan yang tak kenal kata menyerah untuk meraih keinginan yang bermanfaat. Selain itu, buku ini menyuguhkan berbagai kata-kata motivasi sehingga cocok untuk semua kalangan agar memacu semangat dalam diri untuk senantiasa tetap berkarya. Ditambah lagi, buku ini mampu membawa pembaca hanyut kedalam realita kehidupan penulis dan memainkan imajinasi pembaca. Kisah inspiratif ini jugadisajikan dengan bahasa yang lugas, jelas, dan renyah sehingga cerita yang disampaikan punserasa mengalir dengan sendirinya. Sungguh kisah inspiratif yang mampu menggetarkan hatidan menumbuhkan semangat baru bagi setiap pembacanya.

*) Peresensi adalah mahasiswa STAIN Tulungagung

Tidak ada komentar: