....

Senin, 28 April 2008

memasarkan produk dengan anti marketing

resensi buku

Judul buku : Anti Marketing: Jurus Ampuh Menumpas Persaingan! Penulis : Kafi Kurnia
Penerbit : PT Andal Krida Nusantara bekerjasama dengan Gatra Pustaka
Cetakan : Pertama, 2007
Tebal buku : 213 halaman (termasuk indeks)

UNTUK memasarkan sebuah produk, jelas ditunjang dengan sejumlah teori marketing. Tanpa teori, bisa dipastikan produk itu akan menumpuk dan memenuhi gudang. Dengan kata lain, produk itu tidak sampai menyentuh hati konsumen dan perusahaan akan ditimpa kerugian. Pasalnya, "target penjualan" tidak tercapai dan ujungnya produk itu tak dilihat oleh konsumen memiliki nilai manfaat juga nilai kegunaan untuk dibeli. Padahal, kata kunci sebuah pemasaran adalah bisa menjual produk dan mendapatkan keuntungan.

Tak pelak jika di balik produk itu harus ada iklan yang jitu, promosi yang mampu menjerat konsumen dan juga pemasaran yang didukung teori marketing nan handal. Tapi tak jarang, sebuah teori pemasaran kadang tak sejalan dengan kenyataan di lapangan. Akibatnya, target penjualan pun tak bisa terpenuhi dan produk itu akhirnya sia-sia diproduksi.

Di tengah ketatnya persaingan di dunia usaha, Kafi Kurni melalui buku Anti Marketing ini menawarkan cara mempromosikan produk dengan handal, supaya target pemasaran terpenuhi dan bisa meraih keuntungan yang berlimpah. Tapi si jabrik satu ini, seakan tak terpaku pada teori dengan rumus yang baku. Karena apa? Dunia pemasaran adalah dunia yang bergerak. Karena itu, dibutuhkan suatu aksi dan inovasi yang tiada henti untuk bisa membaca gerak pasar, dan kemauan pembeli.

Tak salah, kalau Kafi Kurnia kadang menawarkan gagasan pemasaran yang nyeleneh dan bahkan tanpa dilandasi teori marketing. Karena itu, ide tersebut kemudian disebut anti marketing. Anehnya, terobosan dan inovasi pemasaran itu justru "lebih dahsyat" dari jurus marketing apa pun. Sebab jurus itu bergerak di luar kebiasaan, nyaris menyimpang, tapi justru bisa menjerat pembeli untuk bertekuk lutut dan terhipnotis lantaran ada tarobosan yang kadang tak normal. Salah satu dari jurus anti marketing itu ditunjukkan Kafi Kurnia dengan penuh intuitif, spontan dan tulus dari dalam hati sewaktu ia berkunjung ke Paris.

Alkisah, pada suatu hari Kafi Kurnia berkunjung ke Paris. Di sana, ia kemudian diajak oleh kedua keponakannya untuk makan malam -di sebuah restoran sederhana di lorong tua kota Paris. Kedua keponakan Kafi itu memesan miso sup dan setelah pesanan miso sup itu datang, keduanya lalu makan dengan beringas. Mangkuk kedunya pun seketika menjadi kosong. Tak menyisakan secuil pun mi.

Kakek tua pemilik restoran menghampiri meja mereka dan menyajikan dua mangkuk sup miso kembali. Dengan sopan dan ramah, kakek itu lantas mengatakan bahwa sup itu sebentuk servis restoran. Jelas, di mata Kafi tindakan si kakek itu, tak pernah dia pelajari dari buku juga bangku kuliah dari sejumlah teori marketing yang ada. Tetapi, tingkah kakek itu jelas-jelas bisa menyentuh para pembeli dan di kemudian hari bisa dipastikan pembeli akan datang kembali. Itu adalah satu tindakan anti marketing.

Bertolak belakang dengan kisah di atas, iklan bersifat anti marketing dapat dijumpai dari poster, iklan, bahkan artikel majalah untuk mempromosikan keindahan Bali sebagai pulau yang layak dijadikan "tempat berwisata". Hampir semua promo tentang Bali ditunjang dengan "cara unik" yang dapat disebut anti marketing. Karena, Bali dicitrakan dengan pemandangan sawah yang indah supaya mengundang wisatawan berkunjung. Padahal promo itu tidak disertai bukti nyata tentang hasil "panen padi" sawah di Bali, semisal para wisatawan bisa membeli beras Bali sehingga bisa membuktikan akan hasil nyata dari citra tersebut.

Tapi, hal itu ternyata jadi kekuatan dan daya pikat sebuah pemasaran. Kadang aneh, tak jarang muncul secara spontan tetapi tanpa disadari ternyata promosi yang sepele itu, justru memiliki efek kuat lantaran menancap di dasar hati. Buku Anti Marketing karya Kafi Kurnia ini secara garis besar memberikan suntikan inovasi sebuah pemasaran. Meskipun mengupas segala tetek bengek soal bisnis, usaha, pemasaran, jenis produk, ketatnya persaingan dan lain-lainnya, tetapi secara garis besar buku ini menawarkan kenakalan berpikir Kafi Kurnia yang inovatif, bebas dan merdeka tetapi justru penuh dengan terobosan.

Buku yang semula adalah kumpulan artikel Kafi Kurnia di majalah Gatra setiap minggu pada "kolom Intrik" selama delapan tahun ini ternyata membangun sebongkah pemikiran brilian di bidang pemasaran. Uniknya, intrik Kafi Kurnia yang ditawarkan tersebut cukup ampuh dan jitu. Dibangun dari penagalaman tak kurang dari duapuluh tahun bergelut di dunia usaha serta konsultan pemasaran, buku ini tidak diragukan lagi, bisa jadi referensi pemasaran untuk dipelajari dan dipraktekkan.

Di sisi lain, trik anti marketing ini adalah endapan dari perjalanan Kafi yang sudah lama "malang melintang" di dunia pemasaran. Tidak ada harapan yang dipendam oleh penulis, kecuali trik yang ditulis dalam buku ini kemudian bisa dipraktekkan. Penulis yang punya motto Marketing is for everybody, sadar dan karena itu ia menulis dalam buku ini dengan cara mudah dimengerti.

Itulah kelebihan buku yang memuat intrik pemasaran anti marketing ini lantaran tidak ditulis dengan rumit, melainkan dengan cara bertutur yang enak dan menawan. Tak salah, kalau buku ini bisa jadi buku panduan dalam pemasaran anti marketing tetapi ditunjang dengan harapan karena ada sejumlah cara untuk menawarkan dan mempromosikan satu produk. Dan semua orang yakin tak ada rumus baku dan jitu dalam pemasaran, kecuali ia memperlakukan pembali atau konsumen sebagai raja yang layak untuk dilayani dan dihormati.

Karena itu, selamat mempraktekkan trik Kafi dalam buku ini, dan hasil dari trik itu dapat dipastikan akan melejitkan Anda menjadi pemasar yang jitu dan handal. Karena ide gila dalam pemasaran, kadang mampu menghasilkan sebuah terobosan yang mencengangkan. Juga, tak jarang di luar dugaan! ***

*) N. Mursidi, peminat masalah pemasaran dan usaha kecil, tinggal di Ciputat, Tangerang.

Tidak ada komentar: