resensi ini dimuat di Sinar Harapan, Sabtu 19 Juli 08
Judul buku : The Samurai Leader
Penulis : Bill Diffenderffer
Penerbit : Daras Books, Jakarta
Cetakan : Pertama, April 2008
Tebal buku : 320 halaman
KUNCI dalam menjalankan bisnis agar dapat eksis dan berkembang adalah bagaimana membuat produk bisa laku dan mendapat keuntungan (laba). Tapi untuk mewujudkan dua hal itu, jelas tidak gampang. Karena untuk dapat sukses memenuhi kas --perusahaan--, haruslah ditopang produk yang memenuhi kualitas pasar, promosi yang jitu, manajemen yang kuat, cara berjualan yang handal dan perusahaan yang dipimpin seorang manajer yang memiliki komitmen; setia, jujur, tak mudah menyerah, jeli dalam mengambil keputusan, bijak dan siap untuk bertempur.
Lalu manajer seperti apa yang mampu memenuhi kriteria itu? Bagi Bill Diffenderffer sebagaimana diungkapkan dalam buku The Samurai Leader ini, tak lain adalah manajer yang memiliki jiwa pemimpin samurai. Karena di mata Diffenderffer, selama dua puluh lima tahun berkecimpung dalam bisnis, ia melihat bagaimana sikap samurai menghasilkan kesuksesan bagi perusahaan dan pada saat rintangan menghadang, terbukti karakter samurai dari seorang pemimpin itu dapat mengantar kesuksesan.
Sebaliknya, dia melihat banyak kegagalan akar masalahnya pada tindakan non-samurai; pemimpin yang mundur dari peperangan yang diperlukan, eksekutif yang tak peduli pegawai, pemikir yang brilian tanpa kebijaksanaan, sifat yang hanya mementingkan diri sendiri, tak memiliki kesetiaan atau kepribadian yang suka menentang tanpa pengendalian diri atau prinsip moral (hal. 22).
Diffenderffer tak menepis, memang bisnis dan perang adalah dua hal yang berbeda. Apalagi, ajaran Samurai sudah runtuh pada pertengahan abad kesembilan belas lampau. Jadi apa yang perlu diteladani dari heroisme samurai untuk menjalankan bisnis? Jawab Diffenderffer, pendekatan dan karakter manajer memegang kode samurai. Karena kode itu mampu mengantarkan para pemimpin bisnis memiliki fondasi bangunan karier kuat sehingga membuatnya sukses.
Meski dunia bisnis dan perang merupakan dua medan yang tak sama, tetapi di mata Diffenderffer, tetap memiliki banyak persamaan. Tak salah kalau teknik yang digunakan untuk mengalahkan lawan dalam sebuah pertempuran, kerapkali diadopsi sebagai referensi untuk menjalankan bisnis. Karena itulah, buku Sun Tze The Art of War (yang sebenarnya mengupas strategi perang) tak jarang dijadikan rujukan strategi menjalankan bisnis. Karena dalam pertempuran bisnis ada perebutan pasar, memenangi tuntutan hukum, pembiayaan pada tingkat optimum dan terkait kebijakan politik suatu negara dan dunia internasional.
Dalam konteks persamaan itulah, manajer dituntut berjiwa seperti pemimpin samurai. Diffenderffer tidak menafikan akan pengalaman dan keahlian industri sebagai fondasi penting menjalankan bisnis. Tapi dua hal itu tidak cukup, jika tak ditunjang karakter manajer berjiwa pemimpin samurai. Karena di mata Diffenderffer, keberanian dan penghormatan terhadap orang lain juga merupakan hal penting. Apalagi, tradisi samurai memahami pentingnya karakter individu dalam institusi. Maka, hal penting yang patut dicatat; samurai hidup dan bekerja dalam unit organisasi yang terstruktur dan hal itu tak beda jauh dengan perusahaan.
Tidak salah, jika Bill Diffenderffer memandang manajer perlu mengadopsi kode samurai untuk menjalankan bisnis. Karena di balik kesuksesan samurai, tak lain karena samurai memegang kehormatan, keberanian, (bertindak dengan berani serta semangat pejuang), kesetiaan, welas asih (mempedulikan kepentingan orang lain), jujur, menjaga kesopanan sopan (menghargai kehormatan orang) dan pengendalian diri. Dengan mengadopsi kode samurai, manajer tidak akan mengalami kesulitan mempimpin tim, melalui, mengalahkan dan melewati berbagai rintangan.
Lebih dari itu, manajer harus tahu kapan waktu bertempur untuk mengerjakan hal yang benar tanpa rasa takut, bertempur dengan cermat, menjunjung tinggi kehormatan dan tak mengesampingkan welas asih. Karena dalam bisnis ada dua pertempuran dalam perusahaan (internal) dan pertempuran merebut pangsa pasar (eksternal). Maka karakter pemimpin samurai itu diperlukan manajer lantaran yang membedakan pertempuran dunia bisnis dan perang adalah soal moralitas, taktik dan strategi mengalahkan lawan.
Dengan mengadopsi kode samurai itu, bisa dipastikan manajer tak saja menjadi pemimpin yang memiliki kharisma di mata pegawai (dengan loyalitas tinggi), tapi juga bisa menghasilkan keuntungan bagi perusahaan --karena dia memenangi pertempuran. Kode samurai mengajarkan keberanian, kehormatan dan kesetiaan. kalau kode itu diadopsi menjalan bisnis selain akan membangun fondasi karakter manajer, juga bisa mengubah kondisi perusahaan yang nyaris bangkrut kembali bangkit jadi perusahaan tangguh.
Pengalaman Bill Diffenderffer, penulis buku ini --yang juga bekerja jadi pengacara untuk keuangan korporat, konsultan untuk IBM dan CEO perusahaan teknologi perjalanan terkemuka-- telah membuktikan keampuhan kode samurai itu. Waktu dia memulai karier sebagai CEO systemOne yang dihantam kebangkrutan sebesar $ 50-60 juta. ia menerapkan kepemimpinan samurai dan ternyata mampu melewati krisis bahkan membawa systemOne memperoleh $ 600 juta dari beberapa transaksi. Sungguh di luar biasa! Padahal, waktu itu banyak kalangan bisnis meragukan SystemOne bisa bertahan apalagi bisa menghadapi pesaing yang jauh lebih besar.
Pengalaman Diffenderffer itulah yang kemudian mengilhaminya menulis buku ini. Tak salah, jika buku ini merupakan buku panduan untuk manajer yang ingin sukses. Apalagi buku ini ditulis seorang pemimpin bisnis yang pernah bergabung di perusahaan besar dan menengah terkenal dunia, sehingga pengalaman Diffenderffer dalam mengambil pelajaran "kisah-kisah heroisme" samurai yang dituturkan dalam buku ini selain akan jadi inspirasi pembaca, juga mengenalkan akan pentingnya kehormatan dan keberanian dalam menjalankan bisnis sebagaimana dipegang teguh para pemimpin samurai. ***
*) n. mursidi, alumnus Filsafat UIN Jogja.
Lalu manajer seperti apa yang mampu memenuhi kriteria itu? Bagi Bill Diffenderffer sebagaimana diungkapkan dalam buku The Samurai Leader ini, tak lain adalah manajer yang memiliki jiwa pemimpin samurai. Karena di mata Diffenderffer, selama dua puluh lima tahun berkecimpung dalam bisnis, ia melihat bagaimana sikap samurai menghasilkan kesuksesan bagi perusahaan dan pada saat rintangan menghadang, terbukti karakter samurai dari seorang pemimpin itu dapat mengantar kesuksesan.
Sebaliknya, dia melihat banyak kegagalan akar masalahnya pada tindakan non-samurai; pemimpin yang mundur dari peperangan yang diperlukan, eksekutif yang tak peduli pegawai, pemikir yang brilian tanpa kebijaksanaan, sifat yang hanya mementingkan diri sendiri, tak memiliki kesetiaan atau kepribadian yang suka menentang tanpa pengendalian diri atau prinsip moral (hal. 22).
Diffenderffer tak menepis, memang bisnis dan perang adalah dua hal yang berbeda. Apalagi, ajaran Samurai sudah runtuh pada pertengahan abad kesembilan belas lampau. Jadi apa yang perlu diteladani dari heroisme samurai untuk menjalankan bisnis? Jawab Diffenderffer, pendekatan dan karakter manajer memegang kode samurai. Karena kode itu mampu mengantarkan para pemimpin bisnis memiliki fondasi bangunan karier kuat sehingga membuatnya sukses.
Meski dunia bisnis dan perang merupakan dua medan yang tak sama, tetapi di mata Diffenderffer, tetap memiliki banyak persamaan. Tak salah kalau teknik yang digunakan untuk mengalahkan lawan dalam sebuah pertempuran, kerapkali diadopsi sebagai referensi untuk menjalankan bisnis. Karena itulah, buku Sun Tze The Art of War (yang sebenarnya mengupas strategi perang) tak jarang dijadikan rujukan strategi menjalankan bisnis. Karena dalam pertempuran bisnis ada perebutan pasar, memenangi tuntutan hukum, pembiayaan pada tingkat optimum dan terkait kebijakan politik suatu negara dan dunia internasional.
Dalam konteks persamaan itulah, manajer dituntut berjiwa seperti pemimpin samurai. Diffenderffer tidak menafikan akan pengalaman dan keahlian industri sebagai fondasi penting menjalankan bisnis. Tapi dua hal itu tidak cukup, jika tak ditunjang karakter manajer berjiwa pemimpin samurai. Karena di mata Diffenderffer, keberanian dan penghormatan terhadap orang lain juga merupakan hal penting. Apalagi, tradisi samurai memahami pentingnya karakter individu dalam institusi. Maka, hal penting yang patut dicatat; samurai hidup dan bekerja dalam unit organisasi yang terstruktur dan hal itu tak beda jauh dengan perusahaan.
Tidak salah, jika Bill Diffenderffer memandang manajer perlu mengadopsi kode samurai untuk menjalankan bisnis. Karena di balik kesuksesan samurai, tak lain karena samurai memegang kehormatan, keberanian, (bertindak dengan berani serta semangat pejuang), kesetiaan, welas asih (mempedulikan kepentingan orang lain), jujur, menjaga kesopanan sopan (menghargai kehormatan orang) dan pengendalian diri. Dengan mengadopsi kode samurai, manajer tidak akan mengalami kesulitan mempimpin tim, melalui, mengalahkan dan melewati berbagai rintangan.
Lebih dari itu, manajer harus tahu kapan waktu bertempur untuk mengerjakan hal yang benar tanpa rasa takut, bertempur dengan cermat, menjunjung tinggi kehormatan dan tak mengesampingkan welas asih. Karena dalam bisnis ada dua pertempuran dalam perusahaan (internal) dan pertempuran merebut pangsa pasar (eksternal). Maka karakter pemimpin samurai itu diperlukan manajer lantaran yang membedakan pertempuran dunia bisnis dan perang adalah soal moralitas, taktik dan strategi mengalahkan lawan.
Dengan mengadopsi kode samurai itu, bisa dipastikan manajer tak saja menjadi pemimpin yang memiliki kharisma di mata pegawai (dengan loyalitas tinggi), tapi juga bisa menghasilkan keuntungan bagi perusahaan --karena dia memenangi pertempuran. Kode samurai mengajarkan keberanian, kehormatan dan kesetiaan. kalau kode itu diadopsi menjalan bisnis selain akan membangun fondasi karakter manajer, juga bisa mengubah kondisi perusahaan yang nyaris bangkrut kembali bangkit jadi perusahaan tangguh.
Pengalaman Bill Diffenderffer, penulis buku ini --yang juga bekerja jadi pengacara untuk keuangan korporat, konsultan untuk IBM dan CEO perusahaan teknologi perjalanan terkemuka-- telah membuktikan keampuhan kode samurai itu. Waktu dia memulai karier sebagai CEO systemOne yang dihantam kebangkrutan sebesar $ 50-60 juta. ia menerapkan kepemimpinan samurai dan ternyata mampu melewati krisis bahkan membawa systemOne memperoleh $ 600 juta dari beberapa transaksi. Sungguh di luar biasa! Padahal, waktu itu banyak kalangan bisnis meragukan SystemOne bisa bertahan apalagi bisa menghadapi pesaing yang jauh lebih besar.
Pengalaman Diffenderffer itulah yang kemudian mengilhaminya menulis buku ini. Tak salah, jika buku ini merupakan buku panduan untuk manajer yang ingin sukses. Apalagi buku ini ditulis seorang pemimpin bisnis yang pernah bergabung di perusahaan besar dan menengah terkenal dunia, sehingga pengalaman Diffenderffer dalam mengambil pelajaran "kisah-kisah heroisme" samurai yang dituturkan dalam buku ini selain akan jadi inspirasi pembaca, juga mengenalkan akan pentingnya kehormatan dan keberanian dalam menjalankan bisnis sebagaimana dipegang teguh para pemimpin samurai. ***
*) n. mursidi, alumnus Filsafat UIN Jogja.
5 komentar:
Selamat ya Mas... nggak pernah nongol2 eh.. tau2 juara nih... ;-)
Jangan lupa traktir2 ya...
Assalamu'alaikum wr.wb.
Alhamdulillah, blog ini menjuarai lomba blog buku di PBJ 2008. Selamat Bung Mursidi.
buat mas johan dan mas asep, terima kasih untuk ucapannya. thanks!!!
Sang juara emang selalu lapar, emang selalu kalah, dan emang selalu mengalah terlebih dahulu. Bahkan untuk menjadi juara blogger buku harus diawali dengan tidur berselimutkan buku, muka tertutup buku, atau bahkan bermimpikan mendapatkan buku.
Selamat bung, moga menjadi tulisan atas buku kamu yang pertama...
hahahahaahahaha...Moga aja.
LUAR BIASA....
Aku kagum mas...
aku kagum..
Selamat.
Posting Komentar