Sejak aku membuat laporan berkala (sebulan sekali) untuk mencatat "buku-buku gratis" dari penerbit yang aku dapatkan selama sebulan, ternyata tidak sedikit pengunjung blog etalasebuku ini yang kemudian mengirimkan e-mail dan menanyakan satu pertanyaan yang naif, "Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan buku gratis?" Lebih naif lagi, tak sedikit dari mereka yang mau mendapatkan buku gratis itu, ironisnya hanya ingin berpangku tangan, tidak mau kerja keras atau membanting tulang. Padahal, sudah aku jelaskan berkali-kali, bahwa aku bisa mendapatkan buku-buku gratis setelah aku bekerja keras dan membanting tulang lewat meresensi buku!
Jujur, saat aku membaca sebagian besar kiriman email itu, aku tertawa meskipun dalam hati diliputi dengan perasaan kesal. Kenapa?
Pertama, buku-buku yang aku dapatkan itu sebenarnya bukanlah gratis melainkan hadiah dari sebuah kerja keras meresensi (buku). Jadi, Anda jangan salah menafsirkan!
Kedua, di dunia ini tidak ada yang gratis. Seperti adagium yang sudah populer di kalangan orang-orang bisnis, "tidak ada makan siang yang gratis". Makanya, jika ada orang yang mengajak-mu makan siang, tawaran itu harus kamu cermati lebih jauh! Karena di balik ajakan makan siang gratis itu, pasti ada satu motif yang terselip.
Jadi, tidak ada yang gratis untuk sesuap nasi, termasuk kiriman buku-buku gratis yang aku dapatkan. Bahkan, ketika tiba-tiba aku mendapat kiriman buku baru dari seorang penulis yang belum pernah aku kenal, di balik pengiriman buku itu harus Anda catat, bahwa sebenarnya pengirim (baca: penulis) buku tersebut memiliki motif; memintaku untuk mempromosikan buku tersebut ke media massa atau blog pribadiku. Jadi, intinya aku bisa mendapatkan buku gratis karena aku bisa mempromosikan buku-buku baru lewat meresensi buku di media massa! Anda "harus jeli" menafsirkan sebuah motif di balik sesuatu yang gratis. Pendek kata, aku dikasih sebuah buku karena di tanganku buku itu nanti bisa aku promosikan! Ada motif kerjasama!
Ketiga, aku tak habis pikir kenapa orang kerapkali mengharap sesuatu yang gratis. Padahal ketika aku mendapatkan kiriman buku gratis, terlebih ketika aku tidak mendapatkannya lewat "jalur meresensi sebuah buku terlebih dahulu", aku justru merasa terbebani. Secara moral, aku tidak enak jika kemudian tidak mempromosikan buku yang aku dapatkan lewat jalur seperti itu. Tak salah, jika aku sebenarnya "lebih suka membeli buku" dari uang sakuku sendiri, daripada mendapatkannya secara cuma-cuma. Pasalnya, kalau buku itu kubeli dari uang sakuku, aku tidak memiliki beban; apakah aku nanti meresensinya atau kugeletakkan di atas meja. Jadi, mengapa Anda masih mengharap mendapatkan buku gratis, apalagi tidak melalui kerja keras atau membanting tulang terlebih dahulu?
Keempat, aku menulis laporan berkala sebulan sekali untuk mencatat buku-buku gratis yang aku dapatkan, tidak lain untuk memberikan pertanggungjawaban kepada beberapa penerbit dan penulis yang telah memberiku buku-buku secara gratis. Jadi, ketika aku tidak memiliki waktu untuk membuat tulisan resensi atas buku-buku yang dikirim tersebut, aku sudah mempublikasikannya lewat blog ini meski hanya mencatat entri seputar judul buku, penulis buku, penerbit yang bersangkutan dan harga dari buku tersebut. Dengan cara itu, aku berharap sudah bisa menjadi semacam promosi terselubung.
Bulan ini, aku kembali "iseng-iseng" melemaskan otak-ku. Setelah membaca sebuah buku yang cukup bagus (berjudul Paradigma Baru Pasar Finansial, karya George Soros), aku lalu menulis dalam sebuah tulisan resensi. Lima hari setelah aku mengirim, ternyata resensi tersebut dimuat di Koran Jakarta. Imbalan buku gratis, jelas akan aku dapatkan bulan depan, karena aku harus "mengirimkan" dulu arsip tersebut ke penerbit dan butuh waktu sekitar 1-2 minggu untuk menunggu hadiah buku itu datang! Jadi, hadiah buku itu nanti akan masuk kategori buku gratis bulan Desember!
Tapi kerjasama yang aku jalin selama bertahun-tahun dengan beberapa penerbit, tidak serta merta membuahkan hasil dari hitungan matematis setiap kali aku menulis tulisan resensi dan dimuat di media lantas dikirimi hadiah buku, melainkan kadang dikirimi secara berkala hampir tiap bulan. Tak mustahil, kalau bulan November ini aku masih mendapatkan kiriman buku gratis, meski aku tidak lagi intens menulis resensi buku. Adapun, kiriman buku-buku gratis yang aku dapatkan selama bulan November ini, antara lain;
1. Ahmadinejad Menggugat! Dr. Mahmud Ahmadinejad (Zahra, Jakarta) harga: 49.900,-
2. Perang Nuklir, Muhammad Alcaff (Zahra, Jakarta) harga: 49.900,-
3. Paradigma Baru Pasar Finansial, George Soros (Daras Books, Jakarta) harga: 99.900,-
4. 13 Jurus Jitu Sukses di Dunia Kerja, Windya Novita (Daras Books, Jakarta) harga: 39.900,-
5. The Bill Gates Way, Des Dearlove, (Daras Books, Jakarta) harga: 49.900,-
6. Rahasia Panjang Umur, Dr. Maosing Ni (Daras Books, Jakarta) harga: 65.000,-
7. The Last Concubine, Lesley Downer, (Matahati, Jakarta), harga: 89.000,-
Total harga semua buku: 443.500,-
Konsekuensi dari sebuah pilihan lantaran aku tidak lagi intens menulis resensi buku, maka buku-buku gratis tersebut, dalam waktu singkat berubah menjadi semacam berkah bagi beberapa teman yang ingin menulis resensi buku. Tidak mustahil, kalau beberapa buku di atas kemudian lenyap dari kamarku karena dipinjam. Terus terang, aku hanya kebagian berkah dari sebuah sisa bacaan!
Tapi, niat baik, biasanya akan berbuah hasil yang baik. Karena itu, aku pun berdoa dengan khitmad semoga buku-buku yang dipinjam itu bermanfaat bagi mereka tatkala dibaca, tatkala ditulis menjadi resensi dan kemudian menghasilkan tulisan yang mempesona sehingga nantinya bisa dimuat!
Terus terang kawan, hanya itu yang bisa kupinjamkan, karena saat ini aku lagi tidak punya uang. Maka, tatkala kalian semua datang satu per satu ke kamar kontrakanku --dengan maksud hendak meminjam uang-- dengan ikhlas aku meminjami kalian semua; buku. Aku berharap, dari buku-buku yang aku pinjamkan itu kalian semua bisa menjadikannya sebagai media untuk mencari uang setelah kalian meresensinya dan berhasil dimuat di media massa. Sebab setelah dimuat, tentu kalian nantinya akan mendapatkan imbalan berupa honor!***
(Ciputat, 29 November 2008)
6 komentar:
Wah, salut mas. Jika sudah punya nama, buku bisa datang sndiri, mskipun harus memeras otak + tulang.
Selamat mas. Saya terinspirasi banyak dr mmbaca blog ini. Saya jadi bisa meresensi dan kadang dapat kiriman beberapa buku.
Catatan : buku yang saya berikan lahir dari keikhlasan lho, Mas! Hahaha...
Kalo mengakibatkan beban moral, ntar enggak kukirimi buku kedua-ku lho.. hehe. Padahal juga, aku berharap kiriman novel gratis dari Ciputat, langsung dikirim dan ditandatangani oleh penulisnya : Nur Mursidi! Hhmm...
Eh, tetep pake nama Nur Mursidi, atau mau ganti jadi Nurohhman El Murshidiequeque? :D
buat erik===> selamat berkarya, terima kasih jika blog ini telah memberi anda banyak manfaat....
buat mas fajar===> saya tahu, mas ikhlas. pertama, pertemuan kita tidak direncanakan. Kedua, mas tidak pernah menagih saya apa2. Akhir kata, selamat utk buku keduanya....
Yup! saya setuju banget, tidak ada ceritanya makan siang gratis, apalagi hidup di Jakarta yang serba materialistis seperti ini.
Memperoleh buku "gratis" itu sebenarnya tidak gratis, karena di balik itu ada beban kerja yang harus kita selesaikan, yaitu meresensi dan mempromosikan buku itu.
Sebagai reviewer Independen yang masih "nothing" sayapun memahaminya.
Nothing but the best,thats the most important thing to be something.
buat eviwidi; he 3x, berat tidak hy saya aja yang merasa tidak ada makan siang yang gratis.... tapi aku tetap yakin jg, bahwa di dunia ini masih ada orang yang ikhlas. (meski hanya 2 persen dari penduduk bumi)
Posting Komentar