....

Rabu, 13 Mei 2009

konspirasi maut memperebutkan naskah leonardo

Resensi buku

Judul buku : Deadly Triangle
Pengarang : Lewis Perdue
Penerbit : Dastan Books, Jakarta
Cetakan : Pertama, 2007
Tebal buku : 512 halaman

TAK dapat disangkal, bahwa Leonardo da Vinci meninggal dunia meninggalkan sejuta misteri. Selain lukisan hasil karyanya yang mencengangkan, ternyata ia masih meninggalkan setumpuk warisan yang bernilai tinggi. Salah satu warisan Leonardo adalah naskah kuno yang konon jika dikembangkan lebih jauh bisa menjadi senjata canggih. Maka naskah kono milik Leonardo itu kemudian jadi sebuah warisan berharga yang direbutkan banyak pihak.

Kingsbury, rupanya seorang pengusaha minyak yang mujur karena dia bisa membeli salah satu naskah kuno Leonardo itu dari keluarga Caizzi. Tapi sayang, saat Vence Erikson (sarjana da Vinci yang dipercaya Kingsbury) mengamati naskah yang dibeli Kingsbury itu dengan seksama, ternyata dia tahu bahwa naskah kuno itu dipalsukan beberapa halaman.

Kingsbury dan Vance kecewa. Vance disergap rasa ingin tahu tentang isi naskah yang hilang itu. Tetapi, ketika Vance menyelidiki lebih jauh, dia justru dihadang kejadian aneh yang tak bisa ia pecahkan. Tiga orang ahli da Vinci yang ingin ditemuinya, tiba-tiba meninggal dunia dan ia pun jadi sasaran pembunuhan. Untung, salah seorang ahli da Vinci yang ditemui sebelum meninggal dunia (Martini), sempat memberi petunjuk kepada Vance untuk terbang ke Italia, menemui Caizzi.

Vance tak bisa mengelak untuk tak melakukan penyelidikan. Dia terbang ke Italia. Sesampai di Italia, jalinan cerita novel ini menjadi berbelit, karena Vance selalu diburu oleh sekelompok orang yang tidak jelas beralifiasi ke pihak mana. Setelah Vance bertemu Caizzi (sewaktu sekarat), justru mendapatkan banyak keterangan, dan Vance baru sadar jika dibalik pemalsuan naskah kuno da Vinci itu ada konspirasi -antara Elect Brothers yang dipimpin Brother Gregory dan Breman Legation yang dimainkan Elliot Kimball untuk menggulingkan Paus di Vatikan.

Dari informasi Caizzi, Vance menelusup ke biara Elect Brothers bahkan bisa bertemu Tosi, dan Vance tahu banyak di balik konspirasi itu ternyata didukung perjanjian antara Elect Brothers dan Breman Legation jika nanti Paus berhasil digulingkan maka Elect Brothers membayar "kerjasama" itu dengan memberi naskah kuno da Vinci ke Breman Legation untuk dikembangkan jadi senjata dahsat demi menguasai dunia.

Konspirasi itu tentu mengejutkan Vance. Maka ia pun berusaha mematahkan niat penggulingan Paus itu. Sayang Vance tak bisa menghindar komplotan dari Elect Brothers dan ia ditangkap. Untung Vance lolos. Setelah lolos dari sekapan Gregory di biara Elect Brothers, Vance -bersama Suzanne- pun langusng mengejar Kimball dan Hashemi yang akan membunuh Paus. Meski Paus kena tembak, karena Vance sedikit lengah, tapi masih dapat diselamatkan. Kegagalan Kimbal jelas membuatnya disisihkan dari Breman Legation.

Tapi Kimball cerdik. Tak mau dijadikan sampah setelah berjuang mati-matian menembak Paus. Kimbal mendatangi Gregory, membunuh biarawan itu dan merebut naskah-naskah da Vinci untuk dijual pada intelejen Rusia. Sayang, sebelum Kimball bertemu iltelejen Rusia, Vance dan Suzanne berhasil membunuh Kimball. Selain itu, Vance juga berhasil melumpuhkan rencana Marriam Larsen yang hendak merebut naskah-naskah da Vinci, meski ia tak mampu menyelamatkan nyawa Kingsbury.

Sebagaimana novel Daughter of God, novel inipun ditulis Perdue dengan serius dan didukung riset. Tak pelak, kalau novel ini mampu menyingkap kisah mengenai apa yang terjadi di tepian laut yang tak pernah diungkap sejarah.

Kisah di tepi laut yang tidak pernah diungkap sejarah itu, pertama adalah tentang naskah kuno Leonardo. Selama ini Leonardo diketahui orang awam sebagai seniman. Tetapi bagi Perdue, dia lebih dari itu. Di mata Perdue, da Vinci adalah seorang arsitek, dan perencana perang yang hebat. Dari naskah da Vinci, termasuk naskah yang dibeli Kingsbury, pengarang mengisahkan Leonardo telah menyelidiki sifat-sifat dasar kilat dan petir yang dapat dikembangkan jadi konsep kunci pembuatan bom neotron berkecepatan cahaya. Hitler, menurut Perdue membuat kapal selam bahkan senjata perang berkat naskah-naskah da Vinci itu.

Kisah di tepi laut kedua yang tak diungkap sejarah itu terkait The Elect Brothers. Dalam novel ini, pengarang menuturkan Elect Brothers St Peter sudah diperangi Vatikan sejak abad ke-8 dan terpisah dari Gereja jauh sebelum peristiwa Great Schism. Karena merasa sebagai keturunan St. Peter, maka Elect Brothers ingin menguasai Vatikan. Segala cara ditempuh. Pada tahun 1427 Elect Brothers dibantu Prancis merampok tulang St. Peter. Sejak itu, Elect Brothers menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang anti-Vatikan --seperti Alfred Krupp, Hitler, dan Bremen Legation-- untuk menggulingkan Paus.

Dalam menulis novel ini, pengarang mengakui hampir setengah novel ini nyata. Artinya, dia menulis novel ini berdasarkan fakta sejarah. Kendati demikian, setengah novel ini -tak disangkal- adalah fiksi dan tafsir pengarang. Jadi, tidak bisa disangkal novel ini tetap sebuah karya fiksi. Terlepas, bagian mana yang --menurut pembaca-- kisah nyata atau tidak nyata, yang pasti novel ini telah mampu "menyeret" pembaca mengenali kisah di tepi laut yang tak dicatat oleh sejarah, meski Perdue menulisnya dalam bentuk novel.

Bisa jadi kekuatan teks dan bahan literer sejarah yang disuguhkan Perdue itu yang menjadi daya pikat dari novel ini. Apalagi pengarang yang kini sudah menulis lebih dari 20 buku ini mampu menyuguhkan ide dengan pilihan tema genius dengan entry point mengangkat keberadaan naskah-naskah kuno Leonardo. Padahal tema itu tergolong musykil, butuh riset bahkan kejelian mumpuni. Tetapi di tangan Perdue, novel ini nyaris digarap dengan sempurna. Dia berhasil "menggumuli" naskah kuno da Vinci dan celah itu kemudian menginspirasi Brown menulis The Da Vinci Code yang justru mengundang heboh.

Selain itu, Perdue pun prigel menuturkan sejarah dalam bentuk sastra dengan plot dan alur cerita yang berpilin, berkelok, dan berliku. Alhasil, novel ini selain menghibur dapat dipastikan juga menyentak kesadaran pembaca. Setidaknya, menuntut pembaca kritis dalam memilah; antara fakta dan fiksi yang coba digulirkan Perdue dalam novel ini.***

*) N. Mursidi, cerpenis tinggal di Ciputat, Tangerang.

1 komentar:

achmad ridwan mengatakan...

setiap orang yang berhasil membuat namanya dicatat dalam sejarah, bukan mustahil ia mampu membelalakkan sejarah.. (piye to maksudnya)