....

Minggu, 25 Juli 2010

the heike story dan spirit menulis

The Heike Story: Kisah Epik Jepang Abad ke-12

Penulis : Eiji Yoshikawa
Penerbit : Zahir Books (lini Redline Publishing)
Cetakan : Pertama, Juni 2010
Tebal buku: 750 halaman
Harga : 99.800 (diskon 20%) = 79.840

Sudah sebulan lebih, aku tak menulis resensi buku. Terakhir kali, aku menulis resensi buku 100 + Fakta Unik Piala Dunia (Serambi 2010). Aku mendapatkan buku itu pun, tergolong unik --karena tidak sengaja. Buku gratis hadiah dari penerbit Serambi itu, aku dapatkan saat aku bermain ke penerbit Serambi untuk janji bertemu dengan Mas Alwi (Direktur penerbit Kantera). Endah Sulwesi yang tahu aku ada di penerbit Serambi, tiba-tiba mengulurkan buku tersebut --bersamaan dengan buku Tafsir Kebahagiaan, karya Kang Jalal. Sementara dari Mas Alwi --sebelum pulang-- aku mendapat oleh-oleh buku Dead Until Death, The Dragon Scroll, dan Tokyo Underworld (semuanya diterbitkan penerbit Kantera). Rupanya, moment yang tepat ketika Piala Dunia berlangsung, menjadikan buku 100 + Fakta Unik Piala Dunia menemukan tempat (dimuat) di Koran Jakarta (17 Juni 2010) --dua hari setelah aku mengirimkan resensi tersebut ke redaksi Koran Jakarta.

Setelah itu, memang ada beberapa buku baru yang aku baca. Tetapi, semuanya hampir bernasib tragis. Tidak ada satu pun yang berakhir jadi sebuah tulisan --lebih tepatnya tak jadi tulisan resensi buku-- meskipun aku telah berhasil membaca beberapa buku hingga tuntas. Hingga suatu malam, buku The Heike Story yang teronggok di kamarku seperti menyergap perhatianku. Buku hadiah dari Mas Haikal -Direktur penerbit Redline-- ini aku dapatkan saat aku bertandang ke kantor penerbit Redline --bersamaan dengan buku Tales of The Ronin- dan aku berjanji akan mengulasnya tidak lama lagi. Buku dengan cover kuning menyala dengan disertai sosok hitam penunggang kuda itu pun sebenarnya sudah teronggok tiga minggu di kamarku. Tapi, malam ketika aku mentok merenungkan proyek penulisan novelku yang tak kunjung menemukan titik terang, tiba-tiba karya Eiji Yoshikawa itu menjeratku dengan kuat. Aku pun mulai membaca halaman pertama dan terenggut dalam pusaran cerita yang digelindingkan Eiji Yoshikawa.

Memang "tidak sedikit buku" yang telah memberiku ide, inspirasi dan bahkan membangkitkan spiritku dalam menulis. Tetapi, buku karya Eiji Yoshikawa ini meninggalkan kenangan dan kesan tersendiri. Setidaknya, ada bebebera hal yang dapat aku petik, dan bahkan mampu membangkitkan spiritku dalam menulis --terlebih melanjutkan proyek novelku yang sempat terlunta-lunta (setelah tiga bulan yang lalu aku "memenuhi" permintaan sebuah penerbit untuk menulis sebuah buku dan kemudian penerbit kembali memintaku segera merampungkan novelku dalam waktu dekat).

Pertama, novel The Heike Story ini tergolong novel gemuk dan tidak sembarang orang (pengarang) dapat dianugerahi kemampuan napas yang panjang bisa menulis novel gemuk (tebal). Karena itulah, dari sisi ketebalan halaman novel Eiji Yoshikawa ini, aku belajar menarik napas, tapi berusaha menelisik telikungan-telikungan yang dibangun Eiji Yoshikawa supaya tidak tercebur lumpur penceritaan yang sia-sia. Dan Eiji Yoshikawa berhasil bercerita dengan cukup panjang lebar, tetapi tetap memikat meski dengan ritme agak lamban dan ada beberapa bagian yang terkesan patah tetapi tidak terlihat dengan jelas. Pendek kata, Eiji Yoshikawa berhasil membangun cerita panjang dengan cukup menawan.

Kedua, dalam novel ini pengarang mampu menghadirkan setumpuk tokoh --bahkan tokoh-tokoh itu digali dari satu fase sejarah-- dengan mengagumkan. Padahal dalam menulis novel, konsistensi dalam membangun setiap tokoh harus terjaga dengan kuat dan akan menjadi "kecelakaan sebuah proses penulisan" kalau karakter tokoh dalam kisah itu terpeleset di lubang ketidaklogisan dan menyimpang dari sketsa bangunan karakter. Jujur, aku terkesima dengan Eiji Yoshikawa dalam hal ini karena telah membuka mataku lebar-lebar bagaimana membangun tokoh dalam cerita (novel).

Ketiga, imajinasi yang disuguhkan Eiji Yoshikawa dalam menggambarkan setting negeri Jepang sungguh memikat. Latar/tempat di mana cerita berlangsung disuguhkan di sela-sela alur cerita, menjadikan cerita The Heike Story tidak kering. Keempat, rasa penasaran sebagai jala yang ditebarkan Eiji Yoshikawa dalam menjerat pembaca, tak saja berhasil menjadikan pembaca tertegun, melainkan juga tersita untuk terus dijerat dengan jalan cerita yang diramu Eiji Yoshikawa hingga halaman akhir.

Memang, katika aku menuliskan catatan ini, aku belum tuntas merampungkan The Heike Story. Baru separoh, tapi aku tidak ingin segera merampungkan cerita. Aku ingin menikmati setiap detail cerita, mengenali setiap jengkal tempat dan latar yang disuguhkan dan bahkan setiap tokoh yang dimunculkan dalam novel The Heike Story.

Aku tahu sepenuhnya, bahwa novel ini bukanlah karya paling memikat dari Eiji Yoshikawa. Tapi, rasanya tidaklah adil kalau aku harus membandingakan The Heike Story dengan karya Eiji Yoshikawa yang lain -karena, setiap novel tak dapat disangkal memiliki latar belakang berbeda dan punya spirit unik yang tidak bisa dibandingkan. Tapi cerita ini --jujur harus aku akui-- telah mengajarkanku tentang banyak hal dan aku seperti telah menemukan peta baru dalam proses penulisan novel.

The Heike Story, tidak bisa kusangkal, telah memberiku suntikan spirit untuk melanjutkan proyek penulisan novelku yang sempat terlunta dan terbengkalai. Aku ibarat menemukan obor, di tengah kekelaman malam yang sepi ketika aku meraba-raba ingin melangkah dalam melanjutkan sebuah perjalanan jauh. ***

*) N. Mursidi, blogger buku, cerpenis dan owner toko buku online etalasebuku.com

Tidak ada komentar: