....

Jumat, 30 Maret 2012

Jejak Langkah 12 Kaisar

resensi buku ini dimuat di Bisnis Indonesia, Minggu, 1 April 2012

Judul buku: Dua Belas Kaisar: Catatan Terlengkap tentang Kejayaan dan Kekejaman Dua Belas Kaisar Romawi
Penulis      : Suetonius
Penerbit    : Elex Media Komputindo, Jakarta
Cetakan    : Pertama, 2012
Tebal buku: 600 halaman
ISBN        : 978-602-00-2052-5
Harga buku: 99.800,-

KEJAYAAN kekaisaran Romawi memang tinggal kenangan. Tetapi, dalam serpihan sejarah, gaung kekaisaran yang berpusat di Roma itu telah morehkan catatan penting dalam sejarah dunia. Pasalnya, kekaisan Romawi dikenal sebagai kekaisaran terbesar di dunia, dan tidak tertandingi pada waktu itu. Dengan kekuasaan militer yang tangguh, bahkan tak terkalahkan, kekaisaran Romawi tidak saja cepat berkembang, melainkan juga mampu menancapkan taring kekuasaan hingga melampaui semenanjung Italia.

Kejayaan kekaisaran Romawi itu, tentu tak bisa dilepaskan dari peran para kaisar yang pernah menduduki singgasana kekaisaran sebagai pemegang tapuk kekuasaan absulud (di Roma). Sistem pemerintahan yang semula berbentuk republik (Roma), di tangan Julius Caesar "dibelokkan" arah menjadi (baca: cikal bakal kelahiran) "kekaisaran". Sejak itulah, kota Roma (yang telah berdiri sejak tahun 753 SM) berubah haluan politik, dan dikenal sebagai imperium (besar). Tak pelak, setelah itu, secara bergiliran, tapuk kekuasaan dikuasai oleh kaisar dan tidak lagi bertumpu pada dewan senat.

Buku Dua Belas Kaisar: Catatan Terlengkap tentang Kejayaan dan Kekejaman Dua Belas Kaisar Romawi karya Suetonius ini menuturkan dengan apik kehidupan dua belas kaisar Romawi yang pernah berkuasa dan pernah memiliki "kekuasaan besar" secara absolud di Roma. Bahkan, isi (konten) buku ini pun menelusup jauh tidak saja ketika kekaisaran Romawi sedang pada masa puncak kejayaan, tetapi sejak pendirian kekaisaran di zaman Julius Caesar dan Augustus hingga kehancuran politik kekaisaran Romawi--akibat kebusukan moral di bawah Nero sampai pada masa-masa pemulihan yang digalakkan oleh para penggantinya.

Ditulis oleh Suetonius, seorang sekretaris kekaisaran (yang diperkirakan pernah bertugas di bawah kaisar Trajan bahkan sebagai sekretaris kekaisaran yang bertanggung jawab atas surat menyurat di bawah kaisar Hadrian), tidak saja buku ini merupakan sebuah catatan yang bisa disebut cukup orisinil, dan kredibel -karena ditulis langsung dari tangan pertama yang dekat dengan kehidupan kaisar, tetapi juga dilengkapi para saksi mata yang terdekat dengan para Kaisar.

Memang, pada masa Julius Caesar berkuasa, Roma masih berbentuk republik dan Caesar belum sepenuhnya jadi kaisar. Tapi, ia disebut-sebut sebagai kaisar Romawi. Ia memerintah Republik Romawi beberapa tahun setelah penaklukan kekuatan terakhir bangsa Galia. Sayang, ambisi Julius Caesar itu harus dibayar mahal. Ia mati secara tragis di sidang senat pada 44 SM. Walau demikian, Julius adalah orang yang telah mengubah sejarah Roma. Ia melakukan kudeta; menggulingkan pemerintahan republik dan mendapuk diri sebagai kaisar.

Ulah Julius Caesar itu kemudian diteruskan Octavianus yang dikemudian hari dikenal dengan sebutan kaisar Augustus. Dia adalah kaisar yang cukup berpengaruh. Ia mampu mengakhiri perang saudara berkepanjangan menciptakan kesejahteraan, kedamian dan kemegahan kekaisaran Romawi. Selepas Agustus tapuk kekuasaan dilanjutkan Tiberius, Caligula, Claudius, Nero, Galba, Otho, Vitellius, Vestpasian, Titus dan Dimitian. Dua Kaisar Romawi itu, termasuk di dalamnya Julius Caesar, dikisahkan oleh Suetonius dalam bentuk biografi yang tajam dan sangat manusiawi. Sebab Suetonius menelusup pada kehidupan pribadi, termasuk kehidupan seks, bahkan kekejaman dan kepercayaan para kaisar hingga hal-hal subtil yang jarang bisa ditemukan dalam karya lain.

Tak pelak, jika karya Suetonius ini bisa dikata sebagai catatan terlengkap tentang kehidupan atau biografi dua belas kaisar Romawi, tetapi juga dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan. Pasalnya, Suetonius menulis buku ini berdasarkan pada catatan dokumentasi dan sumber-sumber utama, termasuk surat-surat resmi kaisar, termasuk surat wasiat para kaisar hingga puisi Nero. Lebih dari itu, Suetonius juga melengkapi dokumen itu dengan catatan masyarakat pada waktu itu. Tak salah, jika buku ini jadi karya yang "penting dan sirius" yang ditulis oleh saksi sejarah dan orang yang ada di lingkaran kaisar.

Buku ini bisa berada di tangan pembaca berkat terjemahan Robert Graves, dan kemudian direvisi dengan cukup apik oleh James B River. Meski buku ini disebut sebagai buku biografi tentang "dua belas kaisar Romawi" yang cukup kredibel, tapi bukan berarti tanpa cela. Setidaknya, ada beberapa kelemahan yang bisa dicatat dalam buku ini. Pertama, Suetonius menulis buku ini tak secara kronologis. Maklum, ia menulis berdasarkan topik. Tak salah, jika buku ini tidak disebut sebagai buku sejarah, tetapi buku biografi. Akibatnya, pembacaan atas buku ini pun butuh referensi lain. Kedua, Suetonius kadang terlalu detail pada satu peristiwa tetapi mengabaikan kejadian yang lain. Tak berlebihan, jika konteks sejarah kadang kabur --karena ia menjelaskan dengan terperinti pada satu peritiswa tetapi kurang detail di peristiwa lain.

Ketiga, Suetonius hidup (diperkirakan) pada tahun 70-130 M dan terlibat dalam pusaran politik kekaisaran pada waktu itu, tidak menutup kemungkiran jika ia berat sebelah. Maka, ketika membaca catatan Soetonius ini pun, pembaca dituntut harus kritis dan jeli.

*) N. Mursidi, peneliti pada Al-Mu`id Institute, Lasem, Jawa Tengah

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Bravo!