....

Senin, 29 Januari 2007

Tubuh Manusia dan Eksklusivisme Rasis Eropa

Resensi ini dimuat di Jakarta Post, (versi Indonesia dan saya lupa tanggal pemuatan)

Judul buku : Tubuh yang Rasis, Telaah Kritis Michel Foucault atas Dasar-dasar Pembentukan Diri Kelas Menengah Eropa
Penulis : Seno Joko Suyono
Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2002
Tebal buku : xix + 528 halaman

TUBUH manusia, dalam berbagai bentuknya memang cuma seonggok daging dan tulang. Tetapi tatkala tubuh itu telah berpadu dengan "ruh", eksistensi manusia sebagai individu serta merta terkait dengan berbagai hal. Sebagaimana ditunjukkan Michel Foucault (1926-1984), seorang pemikir dan filsuf Perancis kenamaan abad ini, tubuh tidak saja sekedar anatomi dari aringan sel-sel yang mengandung sejuta pesona dan kenikmatan (seks), melainkan pula dalam sejarah peradaban Eropa tubuh terkait dengan perkembangan teknik-teknik rekayasa tertentu yang tak lepas dari kekuasaan politik, ekonomi dan medis yang di kemudian hari telah membawa rasisme Eropa.

Pemikiran Foucault tentang hal itu memang bisa ditilik dalam dua bukunya; The Disciplin and Punish dan The History of Sexuality Jilid I. Tetapi paparan Foucault tentang pembentukan diri kelas menengah Eropa yang diresapi cahaya narasi klinik baru dalam kaitannya dengan sejarah penjara dan sejarah seksualitas dalam dua buku tersebut bisa dikatakan cukup berliku.

Adalah Seno Joko Suyono, yang kini menjadi wartawan di majalah Tempo, jika lewat buku ini kemudian mencoba mengkaji atas pemikiran Michel Foucault tentang proses pembentukan individualisasi kelas borjuis menengah Eropa dan menunjukkan kepada pembaca bahwa adanya diri individu Eropa seperti sekarang ini ternyata dilatarbelakangi gelegar kontrol politik kesehatan di Eropa yang terjadi pada akhir abad 18.

Yang menarik dari cara Foucault dalam mengungkap inti pemikirannya, sebagaimana ditunjukkan oleh Seno dalam buku ini adalah metode yang dipilih Foucault dalam mendekati suatu persoalan. Dengan mengawinkan keironikan Baudelaire dengan metodologi Nietzsche (genealogi), Foucault menelusuri medan-medan sejarah yang dikuburkan oleh kekuasaan dan yang tak terjamah oleh ilmu-ilmu sosial kemanusiaan resmi dalam kerangka pendekatan sangital terhadap modernitas.

Usaha Foucault itu jelas bukan untuk mengungkap peristiwa-peristiwa apa yang telah terjadi di masa lalu dalam sejarah, melainkan untuk menganalisis kekuasaan pada dataran di mana wacana kebenaran atau rezim pengetahuan yang diproduksi oleh kekuasaan amat berperan membentuk individu. Seperti diungkapkan Seno lewat buku ini, Foucault menganalisis pembentukan diri bertitik tolak dari lahirnya narasi klinis yang telah membawa Eropa pada kemajuan peradaban. Di sisi lain, Foucault juga beranggapan bahwa melalui tubuhlah analisis tentang pembentukan diri kelas menengah Eropa akan bisa didekati.

Dari analisis Foucault yang unik itu, Seno mengikuti alur pemikiran Foucault yang menemukan satu kenyataan sejarah bahwa identitas kelas menengah Eropa ternyata terbentuk atau diteguhkan melalui proses penyingkiran kelas-kelas masyarakat yang distigmatisasikan mengidap penyakit lepra atau kusta. Tak cuma itu, di abad 18 juga telah merebak operasi besar-besaran untuk menangkap orang-orang miskin, gila, pelaku kriminal dan semacamnya sebagai maklumat politik kesehatan dari ketakutan epidemi sebagai impian politik dan ekonomi untuk mewujudkan kelas masyarakat baru Eropa dan untuk menciptakan Eropa yang steril.

Sepanjang pelaksanaan politik kesehatan berdimensi menentukan pembentukan tubuh individu Eropa Modern, Seno bersandar pada pemikiran Foucault kemudian melihat munculnya dua kutub perekayasaan global terhadap tubuh manusia. Kutub pertama, bagi seno yang disandarkan pada buku Foucault The Disciplin and Punish dipandang menentukan bagi pembentukan ekspresi luar, gerak-gerak fisikal dan kinetik tubuh manusia Eropa modern. Penelitian Foucault akan sejarah penjara telah menyibak bagaimana cahaya narasi klinis telah meresapi metode penghukuman sehari-hari bermatrikkan epistemologi ilmu anatomi dan hubungan baru dokter pasien akhirnya mengkonstruksi ekspresi luar tubuh manusia. Dengan kemunculan penjara, di mana disiplin merupakan turunan dari timbulnya minat kontrol anatomis wacana klinis baru di kemudian telah membuat individu Eropa memiliki tubuh yang patuh, tereduksi dan seragam.

Adapun kutub kedua, bagi Seno yang disandarkan pada buku Faoucault The History of Sexuality Jilid I telah menentukan bagi pembentukan ekspresi dalam tubuh manusia Eropa modern sebagai akibat dari rekayasa seks di awal abad 19. Penelitian Foucault tentang sejarah seksualitas telah membuka kedok rekayasa seksualitas berwacana klinis oleh kontrol populasi di mana telah menghasilkan timbulnya sikap rasisme tertentu bagi individu Eropa. Timbulnya rasisme Eropa ini, bagi seno tak lain sebagai implikasi dari bio-politik.

Memang, dua kutub konstruksi kekuasaan akan proses pembentukan diri Eropa sebagai rangkaian teknologi dari retasan kontrol narasi klinis pada mulanya berbentuk bipolaritas (berjalan sendiri-sendiri). Tetapi, tak disangsikan lagi bahwa di abad 19 hal itu telah membentuk kesatuan power over life atau kesatuan rekayasa individualisasi yang utuh.

Sebagai satu catatan, buku karya Seno --yang pernah kuliah di Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta-- ini bisalah ditebak jika merupakan hasil revisi dari skripsi sang penulis. Meski ia tidak menyinggung dalam kata pengantar, dari sistematika buku ini setidaknya bisa ditebak. Kendati demikian, hal itu tidaklah mengurangi kajian yang telah dilakukan oleh penulis. Apalagi lewat buku ini ia telah berani melawan arus dengan mengumandangkan suara sumbang bahwa inti pemikiran Foucault adalah individualisasi dan menyanggah inti pemikiran Foucault tentang kekuasaan sebagaimana dipeluk erat oleh banyak pemikir.***

*) Nur Mursidi, pengamat pustaka, tinggal di Yogyakarta.

Tidak ada komentar: