....

Senin, 10 September 2007

Memulihkan Kreativitas Lewat Piranti Spiritual

resensi ini dimuat di BISNIS INDONESIA, Minggu 6 Ferbruari 2005)


Judul buku : Meniru Kreativitas Tuhan; 12 Tahap Melejitkan Kreativitas melalui Jalan Spiritual
Penulis : Julia Cameron dan Mark Bryan
Penerbit : Kaifa, Bandung
Cetakan : Pertama, Juni 2004
Tebal buku : 392 halaman

TAK dapat dimungkiri, satu hal yang amat krusial dan membuat seniman hidup adalah kreativitas yang tetap dan terus terpelihara. Sebab tanpa ada kreativitas, seniman tak akan lagi bisa "eksis" dan berkarya. Seniman tanpa memiliki kreativitas juga ibarat seorang manusia yang lumpuh. Seniman tanpa berkreasi bisa pula ia tak lagi memiliki masa depan, uang dan harapan lagi. Itu karena, kreativitas adalah segalanya bagi seniman. Ia ibarat dapur yang bisa terus mengepulkan asap untuk lahirnya sebuah karya.

Karenanya, jika kreativitas itu sudah tidak lagi berpihak dan pupus, maka tidak ada pilihan lain kecuali harus memulihkannya kembali. Tapi sayang beribu sayang, ternyata tidak semua seniman (terutama seorang yang berminat mau jadi seniman) bisa memulihkan hal itu. Alih-alih malah bisa berpacu dan bersemangat, tak jarang justru malah terpeleset dan terjebak pada pandangan negatif, meninggalkan begitu saja ide, gagasan dan pikiran untuk meneruskan apa yang pernah diidamkan. Entah itu untuk sebuah novel, skenario, aransemen musik, atau kanvas kosong untuk sebuah lukisan. Pendeknya, mengidap sindrom untuk berkarya, karena dihinggapi ketakutan, kebuntuan dan semacamnya.

Memang tidak mudah untuk memulihkan kreativitas, apalagi kreativitas itu tidak ubahnya dentuman hasrat yang kuat, dalam dan gelegar jiwa sebagai dialog manusia dengan realitas dan ruang batin. Tentunya, hambatan itu bisa dipulihkan kembali asal saja keterlibatan Sang Krator diikitsertakan. Dengan kata lain, dengan membuka diri akan ilham dengan menerima "kehadiran" Sang Kreator, pintu kreativitas akan terbuka lebar. Setidaknya, itu yang diyakini Julia Cameron dalam bukunya yang berjudul Meniru Kreativitas Tuhan; 12 Tahap Melejitkan Kreativitas melalui Jalan Spiritual ini.

Sebab, Cameron --wanita multibakat-- menyadari bahwa spiritualitas adalah sebuah jalur berpilin yang bisa membuka diri untuk sebuah kreasi. Itu tak lain, karena inti dari kreativitas adalah pengalaman kesatuan mistis dan kesatuan mistis adalah pengalaman kreativitas. Dengan konsep itu, ia dibantu Mark Bryan yang selama ini menemani dalam memberikan lokakarya di berbagai negara yang kemudian dikemas dalam buku ini membeberkan dua belas piranti, bagaimana memulihkan kreativitas lewat jalan spiritual.

Dua belas piranti itu, antara lain; pertama, memulihkan rasa aman. Artinya, dengan tanpa ada rasa takut (bebas) berkreasi. Sebab bagi Cameron, keberanian-lah (dan bukan bakat) yang membuat seseorang jadi seniman. Kedua, menulihkan rasa beridentitas. Dengan memberikan makna pada hidup, kerapkali ide datang tak terduga dan itu berasal dari kontemplasi. Ketiga, memulihkan rasa berdaya. Dengan memberdayakan luapan emosi, kondisi jiwa memberi jalan akan dorongan berkarya dan hasilnya kerap punya "ruh". Keempat, memulihkan rasa integritas. Dengan jujur dan menghayati pengalaman hidup. Sebab dengan cara itu, biasanya memberikan satu kemungkinan ekspresi yang tak terduga.

Kelima, Memulihkan rasa kemungkinan. Sebab, dengan optimisme dan tak mengabaikan adanya perkembangan, kebaikan ibarat aliran sungai yang mengalir ke arah kemujuran. Keenam, memulihkan rasa keberlimpahan. Dengan percaya dan membuka diri terhadap arus alamiah, niscaya akan terbuka suatu jalan. Sebab, uang dan segala materi bukan sebuah hambatan, asal rasa keberlimpahan tetap dijaga. Ketujuh, memulihkan rasa bersambungan. Dengan mendengar "inspirasi" dan tidak takut berbuat salah, niscaya akan membawa puncak proses kreatif.

Kedelapan, memulihkan rasa berkekuatan. Karena dengan keberanian dan kepercayaan diri niscaya semua yang diharapkan akan bisa diraih. Kesembilan, memulihkan rasa kasih sayang. Sebab tanpa kasih sayang, rasa "takut", marah dan kebencian tidak akan membawa "hasil" apapun. Kesepuluh, memulihkan rasa melindungi diri. Artinya, kerja dengan cara alamiah, mengalir dan berada di jalan setapak sesuai dengan nurani. Kesebelas, memulihkan rasa otonomi dan itu mensyaratkan satu penerimaan. Keduabelas, memulihkan rasa berkeyakinan dengan cara mensyaratkan sebuah kepercayaan pada diri sendiri.

Kendati dua belas piranti itu lebih bersifat kejiwaan dengan "jalan" membuka diri berdialog dengan sesuatu yang transendent (Cameron menyebutnya listrik spiritual), namun latihan piranti dasar yang cukup fundamental bagi Cameron tetap tak bisa diabaikan. Dua piranti dasar itu adalah catatan pagi dan piknik seniman. Dengan catatan pagi, segala hal tentang luapan jiwa dan hati biasanya akan dituangkan dan itu membawa semacam sebuah kegiatan mistis yang bisa memulihkan kreativitas dengan ekstasi sepenuh-penuhnya. Tak salah jika dalam menulis, orang sering menyebutnya sebagai meditasi, terapi serta bahkan ada yang menamainya pengalaman mistis.

Adapun untuk piknik seniman, dimaksudkan sebagai pemupukan akan jiwa seni manusia untuk dikembangkan dengan membiarkan mengembara dalam menapaki realitas dan ruang batin. "Seniman kecil" biasanya akan menampung dalam tong untuk sebuah wadah proses kreatif. Sebab dengan piknik itu, "seniman kecil" menyelami alam perasaan bawah sadar, yang terbenam jauh dan menjadi impuls bagi seniman untuk sebuah karya seni yang maha agung.

Buku ini sungguh luar biasa, menarik dan menakjubkan. Sebab penulis tidak hanya detail memberikan kiat dalam merengkuh kreativitas dengan jalan spitritual agar siapa saja bisa berkarya. Tak salah jika dalam buku ini, tak hanya berisi kumpulan teori, dogma seni atau adagium yang sungguh menggungah dari penuturan Cameron yang selain seorang sutradara-penulis juga seorang penggubah lagu, dramawan, dan sekaligus penyair serta pengajar lokakarya tentang kreativitas yang sudah cukup berpengalaman.

Karenanya dalam setiap babnya dilengkapi dengan latihan, uraian yang padat dan memikat, juga lembaran pengecekan untuk setiap minggu sebab setiap bab dalam buku ini dimaksudkan Cameron sebagai pelajaran mingguan. Lebih menariknya, di setiap lembar dalam buku ini hampir disertai pula petuah atau adagium yang dikemukakan tokoh-tokoh besar, seniman dan sastrawan kampium dunia yang dari situ bisa menggugah kesadaran bahkan kreativitas pembaca.***

*) Nur Mursidi, cerpenis dan alumnus Filsafat UIN, Yogyakarta

Tidak ada komentar: