....

Minggu, 16 September 2007

Nabi yang Mengubah Jalan Sejarah

(resensi ini dimuat di majalah Hidayah edisi 47, Juni 2005)

Judul: Muhammad; Nabi Untuk Semua
Penulis : Maulana Wahiduddin Khan
Penerbit : Alvabet, Jakarta
Cetakan : Pertama, Maret 2005
Tebal buku : x + 310 halaman

Perjalanan sejarah akan jadi lain, seandainya nabi Muhammad tidak lahir atau diutus Tuhan ke muka bumi ini. Sebab kehadiran nabi dengan "misi agung" untuk menyampaikan pesan Ilahi kepada umat manusia telah mengubah jalannya sejarah. Bagaimana tidak? Dalam rentang waktu 23 tahun, nabi sukses mengibarkan bendera revolusi di tengah suku-bangsa Arab yang semula Jahiliyah. Apalagi, setelah itu Islam kain memancarkan kecemerlangan.

Tidak salah, kalau prestasi cemerlang itu, kemudian mencengangkan siapa pun, tidak terkecuali para sejarahwan dari kalangan Nasrani. Michael Hart yang lahir serta dibesarkan dalam sebuah keluarga Kristiani dalam buku The Hundred menulis, "Dialah satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil dalam bidang keagamaan maupun duniawi dengan sangat mengagumkan." Pendapat senada juga dilontarkan oleh Thomas Carcyle, ahli sejarah berkebangsaan Inggris. Dengan pujian yang hampir sama, ia berkata "Muhammad adalah pahlawan para nabi."

Memang, nabi adalah manusia biasa. Tapi tak diragukan kalau pola kehidupan beliau merangkai sifat sempurna sehingga layak untuk diteladani. Sebab nabi memang pemimpin keagamaan juga pemimpin sosial-politik yang dalam sejarah telah memikat dunia. Selain itu, setiap perilaku nabi ternyata menorehkan kebenaran dan kebaikan.

Dari semua mozaik itu, tidak salah kalau sejarah dan kehidupan nabi adalah cermin yang tak retak. Sebab sejarah nabi adalah sejarah perjalanan agung. Setidaknya, sejarah dan kehidupan nabi yang agung dan mempesona itulah yang bisa kita ketemukan dalam buku Muhammad Nabi untuk Semua, karya dari Maulana Wahiduddin Khan ini.

***

Siapa nabi Muhammad? Bagi Maulana Wahiduddin Khan (yang lahir di Azamgarh, Uttar Pradesh, India pada 1925), Muhammad adalah nabi untuk semua. Sebab, Muhammad memang diutus untuk semua manusia. Berbeda dengan nabi atau rasul sebelum beliau yang hanya diutus kepada kaumnya saja, nabi Muhammad adalah penutup para rasul sehingga ia adalah sekaligus nabi untuk semua manusia.

Dilahirkan di Makkah pada 22 April 570 M, kehidupan nabi memang sudah ditempa dengan hal-hal yang mengagumkan. Saat nabi lahir, ayah beliau (Abdullah) sudah meninggal sehingga nabi terlahir sebagai anak yatim. Nabi pun tumbuh hanya diasuh sang ibu, Aminah dan itu berlangsung 6 tahun. Sebab sang ibu lalu menyusul. Beliau kemudian diasuh kakek, Abdul Muthalib namun itupun tak berlangsung lama sebab sang kakek meninggalkan beliau tak berapa lama kemudian sehingga pamannya Abu Thalib mengambil alih pengasuhan.

Tetapi keadaan itu rupanya tak membuat nabi tumbuh "manja", sebaliknya malahan menjadi tempaan yang menghantarkan nabi sebagai sosok yang kokoh, kuat dan tangguh dalam menghadapi hidup. Tak salah, ketika muda, penduduk Makkah sudah terkagum dan terpesona. Apalagi, nabi juga dikenal orang yang jujur. Fondasi itu melengkapi semua hal yang ada untuk tugas besar nabi sebagai rasul.

Wahiduddin Khan menulis, sikap dan perilaku nabi yang mengagumkan itu juga salah satu daya tarik sebagai metode kenabian sehingga penduduk Makkah bisa tertarik memeluk Islam lantaran sikap beliau. Kendati demikian, nabi tak jarang menerima cercaan dan hinaan. Sampai pada akhirnya, beliau malah tidak diterima kaum Quraisy dan mau dibunuh sehingga nabi memilih berhijrah ke Yatsrib (Madinah).

Tapi kehijrahan nabi itu adalah jejak sejarah yang penuh hikmah. Wahiduddin Khan mencatat 3 hal berkaitan dengan kehijrahan nabi. Pertama, perjalanan hijrah nabi itu menjadi awal perhitungan kalender Islam. Kedua, hijrah itu juga menjadikan nabi kemudian memegang tapuk kekuasaan sebab nabi penguasa yang membawahi banyak suku dan dipercaya dalam menyelesaikan berbagai masalah. Ketiga, adanya perjanjian Hudaibiyyah yang sekilas tampak merugikan umat Islam sehingga keputusan nabi menyetujui perjanjian sempat disesali banyak sahabat, ternyata di kemudian hari menjadi angin segar dakwah Islam yang tanpa halangan selama di Madinah.

Dari keuntungan itu, Islam kemudian cepat menyebar dan memiliki banyak pengikut sehingga pada waktu berikutnya Islam menjadi kuat dan bisa merebut kembali kota Makkah. Saat perebutan itulah, bisa dikata nabi dengan mudah merebut kembali kota Mekkah, bahkan tanpa ada pertumpahan darah. Maka salah besar, menganggap Islam adalah agama pedang. Dalam sejarah dicatat bahwa revolusi nabi hanya menelan korban sekitar 1018 jiwa, namun korban jiwa akibat revolusi Rusia jauh lebih besar dengan menelan 13 juta nyawa, sedangkan revolusi Perancis juga mencapai ribuan nyawa.

Kelahiran nabi dengan demikian, telah mengubah jalannya sejarah sebab dalam kurun 100 tahun kemudian telah berhasil ditaklukkannya kerajaan Bizantium dan Persia dan Islam memiliki wilayah cukup luas.
***

Sudah cukup banyak dan tak terhitung lagi buku tentang sejarah dan kehidupan nabi yang ditulis, baik oleh kaum Muslim maupun kaum orientalis. Bahkan, tradisi penulisan sirah nabi itu pun sudah dimulai 10 tahun pascawafat beliau. Orang pertama yang menulis sirah itu tak lain adalah Aban putra Usman bin Affan. Jejak Aban itu kemudian diteruskan Urwah ibn Zubai dan generasi berikutnya sampai sekarang, termasuk Maulana Wahiduddin Khan.

Ditulis dengan cara kronologis, buku karya Maulana Wahiduddin Khan (berjudul asli A Prophet for All Humanity) ini secara umum terbagi dalam empat bagian. Di bagian pertama, penulis menorehkan jejak awal kehidupan nabi. Bagian kedua, mencatat beberapa peristiwa penting dalam kehidupan nabi, seperti metode kerasulan dan perjalanan hijrah ke Madinah. Di bagian ketiga adalah masa-masa akhir kenabian dan kerasulan dan di bagian empat, adalah manifestasi kenabian ditilik di masa sekarang ini.

Meski ditulis dengan cara kronologis, buku ini tetap menawarkan nuansa sejarah dan fakta dengan intrepretasi dan analisis yang cukup piawai. Tak salah jika penulis juga berusaha menepis mitos seputar kejadian yang pernah dialami nabi. Sebab, bagi Wahiduddin, tanpa mitos pun nabi sudah memiliki pancaran cemerlang sebagai "manusia agung nan sempurna".


*) Nur Mursidi, wartawan majalah Hidayah

Tidak ada komentar: