Ada banyak keuntungan yang dapat dipetik dari menulis resensi buku di media massa. Tetapi anehnya, tak sedikit penulis pemula yang tak tahu hal itu. Beberapa hari yang lalu, aku kebetulan mendapat cerita dari seorang teman yang dapat dikatakan sudah lama menulis resensi buku, ternyata ia tidak tahu jika tulisan resensi buku yang telah dimuat di media massa jika dikirim ke penerbit nantinya akan dikasih buku gratis. Padahal ia sudah meresensi buku berkali-kali (di media massa). Bahkan, selain mendapatkan buku gratis, tak jarang penerbit yang royal masih berbaik hati memberi tambahan bonus berupa uang --yang jumlahnya tidak sama antara satu penerbit dengan penerbit lain. Dengan kata lain, tergantung kebijakan penerbit bersangkutan.
Sudah 3 tahun ini, aku "menjalin kerjasama" dengan penerbit yang selain royal mengirimkan buku-buku baru setiap kali terbit juga memberikan honor yang lumayan besar. Tak tanggung-tanggung bisa melebihi (dua-tiga kali lipat) honor yang aku dapatkan dari koran. Karena aku tak ingin enak sendiri, maka aku bercerita pada teman-teman (yang sudah lama menulis resensi) tentang honor yang aku dapatkan dari penerbit tersebut. Aku ingin berbagi! Eh, mereka semua malah menuduh "aku telah berkata bohong".
Apa yang dituduhkan sejumlah temanku itu, memang bisa aku maklumi. Pasalnya, sudah sekian tahun aku meresensi buku biasanya penerbit hanya kasih buku saja, kalau toh... kemudian baik hati menambah bonus (berupa uang) itu pun "tidak seberapa". Akhirnya, aku tidak dapat berkata apa-apa, kecuali meminjami mereka buku, dan kemudian meminta ia membuktikan omonganku. Setelah temanku itu meresensi buku yang aku pinjami, dan dimuat di media massa, ganti ia tak bisa berkata apa-apa. Ia membuktikan sendiri, karena mendapat honor (dari penerbit) yang pernah aku ceritakan itu. Dia pun tak lagi menuduhku telah berkata bohong.
Sayangnya, tak ada satu pun tulisan resensi buku (juga cerpen, opini serta esai) yang aku tulis selama bulan ini, kecuali hanya beberapa tulisan yang memang sudah menjadi tanggung jawabku untuk tugas pekerjaan kantor, dan 1 tulisan pesanan. Aku sengaja istirahat sejanak dari kesibukan mengejar tulisan di media massa untuk merenungkan ulang; jalan kepenulisan yang harus aku rancang ke depan. Tapi anehnya, aku justru tidak mendapatkan apa yang aku "dambakan" melainkan kerap kali jatuh sakit. Bahkan, bisa dikata setiap akhir pekan, aku ambruk. Jatuh sakit!
Lalu saat deadline tiba dan kantor tempatku bekerja berulangkali telah menelponku meminta tulisan, aku yang lagi sakit terpaksa harus bangkit dari tempat tidur lalu menatap layar komputer untuk menulis. Tak kusangka, rasa sakit yang aku derita pun perlahan-lahan mulai tak terasa lagi, bahkan setelah itu aku mulai merasa sembuh. Dari kejadian itu, aku kemudian mengambil kesimpulan bahwa aku sakit sebenarnya bukan karena apa-apa melainkan karena aku libur menulis. jadi otot dan pikiranku mungkin mengendap tak bekerja seperti biasa sehingga aku sakit. Apakah kesimpulanku ini benar?
Aku tak tahu! Tapi, dulu aku pernah mencoba merenung, memutuskan untuk meninggalkan dunia tulis menulis dan berniat akan banting setir mencari pekerjaan lain. Anehnya, saat itu aku justru jatuh sakit dan akhirnya aku kembali menulis lagi. Kini... aku tahu bahwa aku harus menulis lagi. Dengan kata lain, "aku harus kembali menulis". Untung, bulan ini aku mendapatkan buku gratis dari penerbit, dan juga buku gratis dari dua orang penulis --sehingga bulan ini aku dapat menulis lagi (minimal satu resensi meski kemarin-kemarin aku sudah tidak ingin menulis resensi buku lagi).
Di antara buku-buku gratis yang aku dapatkan selama bulan Agustus ini, adalah:
1. The Devil`s DNA, Peter Blauner (Dastan, Jakarta)
2. Eternity, Douglas Preston & Lincoln Child (Dastan, Jakarta)
3. Manajemen Harta & Tata Cara Shalat Berjamaah, H Ahmad Yani (Lembaga Dakwah Islam VICO Indonesia)
4. Jalan Santri Menjadi Ulama, Dr. Ahmad Lutfi Fathullah (Al-Mughni Press, Jakarta)
5. Selangkah Lagi Mahasiswa UIN jadi Kiyai, Dr. Ahmad Lutfi Fathullah (Al-Mughni Press, Jakarta)
6. Membaca Pesan-pesan Nabi dalam Pantun Betawi Dr. Ahmad Lutfi Fathullah (Al-Mughni Press, Jakarta)
7. Membongkar Bisnis China Hingga ke Palestina, Anton A. Ramdan (Daras Books, Jakarta)
8. Ahmadiyah Gadiani dan Kekafiran, HUsain bin Abu Bakar Al-Habsyi, (Penerbit Ilya, Jakarta)
9. The Real McCain: John McCain, Rival Obama, Monster Baru Gedung Putih? Cliff Schecter (Zahra Pustaka, Jakarta)
Di antara sembilan buku gratis di atas, menurutku ada dua buku yang bagus dan layak untuk diresensi. Tapi aku tak tahu pendapat Anda; manakah di antara 9 buku gratis tersebut yang menurut Anda bisa dikatakan bagus dan layak diresensi, tentunya dari sudut pandang seorang peresensi buku dalam menimbang buku-buku yang memiliki nilai jual bisa dimuat di media massa?***
(Ciputat, 31 Agustus 2008)
9 komentar:
Kang Murshid, menurutku yang layak untuk diresensi adalah buku no.9 tentang kandidat presiden abang sam.alasannya sangat jelas, saat ini dunia sedang tertuju kesana. baru-baru ini kedua kandidat tersebut memilih wakilnya masing-masing.
Sungguh,negara adidaya mampu menjadi tontonan dunia, bahwa disana sedang terjadi drama "demokrasi". tak terkecuali indonesia,obama menjadi sorotan, lantaran pernah hidup di negara kita. dan, mayoritas berharap yang menjadi presiden adalah obama.
di bulan puasa ini mungkin bisa dicoba meresensi buku2 bernuansa keagamaan mas..
biasanya media cetak di bulan ramadhan ini senang menampilkan buku2 keagamaan
Mas Mursidi, itu buku banyak amat!!!
Jadi aman ya buat mudik..
Panjenengan mudik ke timur pulau jawa, saya mudik ke barat...
Terimakasih buat motivasi menulis cerpen dari panjenengan selama ini...
Semoga puasanya lancar di Jakarta...
buat m iqbal, h tanzil dan dhe.... pilihan kalian tidak diragukan. aku tunggu karya kalian selanjutnya
bgaimana cara menampilkan google search kayak di blog anda??
email jawabannya ke evan_howles@yahoo.co.id
www.echonaswable.blogspot.com
Mursidi apa kabar? aku mampir saja, kalo saat ini mending resensi buku-buku agama saja dulu..secara bulan puasa..hehehe..
Oh ya aku juga baru dapat buku untuk di resensi dari Gramedia, masih proses reading..
tetap semangat yaa..!
buat eviwidi; ingin sih meresensi buku2 agama, apalagi sekarang lagi bulan puasa, tp belakangan ini lagi malas. he 3x. sebab ada proyek lebih gedhe yang menggiyurkan, dan sekarang lagi membaca buku MAU KE MANA OBAMA. Itu pun membaca seraya dipaksa2in, maklum sudah tua.... selamat untuk buku dari gramedia!!!!
salam kenal...
Wah.., asik ya kalo meresensi terus dapat "honor" buku gratis.
Saya jadi kepengen ikutan belajar meresensi buku, Mas.
Tapi btw, melihat banyaknya buku yang dikirim penerbit, apa semuanya menarik minat njenengan?
Gimana dong tipsnya meresensi buku yang temanya tidak kita minati...?
buat niek, meresensi selain dapat honor dari penerbit dan koran, kita juga dapat buku2 gratis. tapi tak semua kiriman buku dari penerbit harus kita resensi, jika tak cocok dan tk berminat, kita bisa beli atau usul ke penerbit minta buku yang lain yang sesuai dengan minat kita. BTW, aku dukung jika mau meresensi..... tips-nya, menulislah, menulislah, dan menulislah
Posting Komentar