resensi ini dimuat di Koran Jakarta, Selasa 16 Sep 2008
Judul buku : The Real McCain
Penulis : Cliff Schecter
Penerbit : Zahra, Jakarta
Cetakan : Pertama, Agustus 2008
Tebal buku : 218 halaman (termasuk indeks)
MENDEKATI hari pilpres 4 November, perseteruan Obama versus McCain semakin meruncing. Setelah Obama menggandeng John Biden, McCain melakukan terobosan menggaet Sarah Palin. Terobosan John McCain itu, tak lain untuk mendulang (18 juta) suara pemilih perempuan dari pendukung Hillary yang konon anti-Obama. Meski pun tak bisa ditepis bahwa popularitas Obama jauh lebih meroket dibandingkan dengan McCain, tapi gebrakan John McCain yang lebih senior, jelas tak bisa dipandang sebelah mata.
Lantas siapakah sebenarnya John McCain? Buku The Real McCain yang ditulis Cliff Schecter, salah seorang consultan dan komentator politik yang kerap mengisi acara pada MSNBC, CNN, National Public Radio, Air Amerika radio dan berbagai media nasional ini tak hanya sekadar dongeng tentang kehidupan John McCain. Lebih dari itu, buku ini mengungkap sisi gelap serta sepak terjang politik McCain yang penuh lika-liku dari lahir hingga jadi calon presiden ke-44 AS dari Partai Republik.
Lahir di zona terusan Panama di luar Amerika Serikat (tetapi saat itu menjadi wilayah AS) pada 29 Agustus 1936, John Sidney McCain dibesarkan dalam kasta militer. Ayah dan kakeknya adalah seorang laksamana Angkatan Laut AS. Pantas, McCain harus "menjalani" hidup di mana ayahnya pernah ditugaskan. Ayah McCain menetap di Virginia Utara saat McCain berusia 10 tahun. McCain lalu masuk Sekolah menengah Atas Episcopal yang prestisius di Alexandria. Tapi dia dikenal sebagai anak yang menyebalkan dan suka berkelahi, sebelum kemudian memasuki Akademi Angkatan Laut di Annapolis.
Di Akademi Angkatan laut, prestasi McCain biasa-biasa. Bahkan ia tergolong anak yang liar dan berjiwa bebas. Ia pernah menjadi petinju di tim AL selama 3 tahun. Lulus dari Akademi AL, dia berlatih menjadi pilot AL di Corpus Christi. Dua tahun kemudian, dia menjadi pilot AL, dan sempat ditugaskan di Karibia dan Mediterania. Dia yang berjiwa bebas menikahi Carol Shepp, seorang model Philadelphia. Pada 1997 ia berhenti dan mengajukan permohonan untuk sebuah penugasan pertempuran. Sayang, dalam tugas itu ia tertembak jatuh di Hanoi (Oktober 1997) dan sempat jadi tawanan selama lima setengah tahun.
McCain kembali ke Amerika 1973 dan masih sempat ditugaskan terbang lagi. Tapi, pernikahan McCain dengan Shepp ternyata tak bertahan lama. McCain kemudian menikahi Cindy Luo Hensley. Tahun 1982, dia berhenti dari tugas militer dan bekerja di perusahaan bir milik ayah mertua barunya dan menjadi orang Arizona. Ketika Jacob Rhodes mengundurkan diri dari Dewan Perwakilan rakyat AS dari distrik pertama Arizona, McCain melemparkan topi ke atas ring politik, dan jadi anggota DPR. Pada masa itu McCain menganut filosofi libertarian, non-intervensionis dan anti-New Deal (McCain 1.0). Empat tahun kemudian, McCain berhasil menduduki kursi senat yang kosong pasca Goldwater.
Tapi pada 1991, terkuak bahwa ia terlibat skandal Keating Five. Sekali pun tindakan MCCain cukup patut untuk mendapat aksi institusional, ia ternyata tak terjungkal. Bahkan selanjutnya, ia justru menjadi pendukung setia Partai Republik dengan menetapkan diri jadi Republikan Moderat (McCain 2.0) meski saat maju sebagai kandidat presiden 1999 --untuk calon presiden tahun 2000--, dia belum beruntung. Kini kesempatan emas datang. Ia berhasil menyingkirkan Mike Huckabee, Mitt Romney dan Rudy Giuliani sebagai kandidat presiden 2008 dari Partai Republik yang siap bertarung dengan Obama, calon presiden dari Partai Demokrat.
Tetapi, bagi Schecter, McCain memiliki catatan hitam. Dia adalah politisi yang selalu memanfaatkan kesepakatan secara politis dan mampu bersekutu dengan banyak pihak. Tak salah, kalau penulis melihat pikiran McCain kerap berubah, dan tak setia dalam banyak hal isu --seperti isu perang, aborsi, perkawinan gay sampai isu pemotongan pajak dan imigrasi. Dia lebih memilih keuntungan politis dibandingkan prinsip. Ia sejak awal memberikan dukungan pada perang, meski pun pada saat yang sama mencela pelaksanaan perang. Pendek kata, ia itu konsisten untuk tidak konsisten.
Ia memiliki catatan buruk dalam pengambilan suara di senat. Dia --menurut arsip Washington Post-- melewatkan 261 dari 468 pengambilan suara (hampir 56 persen) sampai Maret 2008, dia bisa dipahami sibuk berkampanye untuk menjadi presiden. Thad Cochran, Senator dari Partai Republik berkomentar sengit tentang McCain, "Pikiran tentang dirinya jadi presiden membuat bulu kuduk saya berdiri. Dia tak konsisten, cepat naik darah, sering kehilangan kesabarannya dan dia membuat saya khawatir." Maka, di mata penulis buku ini, McCain sama sekali belum menawarkan substansi legislasi apa pun untuk memperkuat AS (hal 46).
Buku ini, memberikan gambaran lebih jauh tentang McCain, kehidupan nyata dari politisi serta mantan veteran yang kini menjadi calon presiden dari Partai Republik. Sayangnya, penulis seakan "menafikan" jasa besar dan kebaikan McCain, sebaliknya lebih mengungkap sisi hitam dan belang McCain. Jadi, terbitnya buku ini akan memberikan semacam keteguhan hati bagi warga AS untuk mengenal sosok John McCain secara utuh agar kelak tahu konsekuensi yang harus ditanggung, jika mau memilih McCain dalam pilpres 4 November mendatang. ***
*) N. Mursidi, blogger buku terbaik dalam Pesta Buku Jakarta 2008
Lantas siapakah sebenarnya John McCain? Buku The Real McCain yang ditulis Cliff Schecter, salah seorang consultan dan komentator politik yang kerap mengisi acara pada MSNBC, CNN, National Public Radio, Air Amerika radio dan berbagai media nasional ini tak hanya sekadar dongeng tentang kehidupan John McCain. Lebih dari itu, buku ini mengungkap sisi gelap serta sepak terjang politik McCain yang penuh lika-liku dari lahir hingga jadi calon presiden ke-44 AS dari Partai Republik.
Lahir di zona terusan Panama di luar Amerika Serikat (tetapi saat itu menjadi wilayah AS) pada 29 Agustus 1936, John Sidney McCain dibesarkan dalam kasta militer. Ayah dan kakeknya adalah seorang laksamana Angkatan Laut AS. Pantas, McCain harus "menjalani" hidup di mana ayahnya pernah ditugaskan. Ayah McCain menetap di Virginia Utara saat McCain berusia 10 tahun. McCain lalu masuk Sekolah menengah Atas Episcopal yang prestisius di Alexandria. Tapi dia dikenal sebagai anak yang menyebalkan dan suka berkelahi, sebelum kemudian memasuki Akademi Angkatan Laut di Annapolis.
Di Akademi Angkatan laut, prestasi McCain biasa-biasa. Bahkan ia tergolong anak yang liar dan berjiwa bebas. Ia pernah menjadi petinju di tim AL selama 3 tahun. Lulus dari Akademi AL, dia berlatih menjadi pilot AL di Corpus Christi. Dua tahun kemudian, dia menjadi pilot AL, dan sempat ditugaskan di Karibia dan Mediterania. Dia yang berjiwa bebas menikahi Carol Shepp, seorang model Philadelphia. Pada 1997 ia berhenti dan mengajukan permohonan untuk sebuah penugasan pertempuran. Sayang, dalam tugas itu ia tertembak jatuh di Hanoi (Oktober 1997) dan sempat jadi tawanan selama lima setengah tahun.
McCain kembali ke Amerika 1973 dan masih sempat ditugaskan terbang lagi. Tapi, pernikahan McCain dengan Shepp ternyata tak bertahan lama. McCain kemudian menikahi Cindy Luo Hensley. Tahun 1982, dia berhenti dari tugas militer dan bekerja di perusahaan bir milik ayah mertua barunya dan menjadi orang Arizona. Ketika Jacob Rhodes mengundurkan diri dari Dewan Perwakilan rakyat AS dari distrik pertama Arizona, McCain melemparkan topi ke atas ring politik, dan jadi anggota DPR. Pada masa itu McCain menganut filosofi libertarian, non-intervensionis dan anti-New Deal (McCain 1.0). Empat tahun kemudian, McCain berhasil menduduki kursi senat yang kosong pasca Goldwater.
Tapi pada 1991, terkuak bahwa ia terlibat skandal Keating Five. Sekali pun tindakan MCCain cukup patut untuk mendapat aksi institusional, ia ternyata tak terjungkal. Bahkan selanjutnya, ia justru menjadi pendukung setia Partai Republik dengan menetapkan diri jadi Republikan Moderat (McCain 2.0) meski saat maju sebagai kandidat presiden 1999 --untuk calon presiden tahun 2000--, dia belum beruntung. Kini kesempatan emas datang. Ia berhasil menyingkirkan Mike Huckabee, Mitt Romney dan Rudy Giuliani sebagai kandidat presiden 2008 dari Partai Republik yang siap bertarung dengan Obama, calon presiden dari Partai Demokrat.
Tetapi, bagi Schecter, McCain memiliki catatan hitam. Dia adalah politisi yang selalu memanfaatkan kesepakatan secara politis dan mampu bersekutu dengan banyak pihak. Tak salah, kalau penulis melihat pikiran McCain kerap berubah, dan tak setia dalam banyak hal isu --seperti isu perang, aborsi, perkawinan gay sampai isu pemotongan pajak dan imigrasi. Dia lebih memilih keuntungan politis dibandingkan prinsip. Ia sejak awal memberikan dukungan pada perang, meski pun pada saat yang sama mencela pelaksanaan perang. Pendek kata, ia itu konsisten untuk tidak konsisten.
Ia memiliki catatan buruk dalam pengambilan suara di senat. Dia --menurut arsip Washington Post-- melewatkan 261 dari 468 pengambilan suara (hampir 56 persen) sampai Maret 2008, dia bisa dipahami sibuk berkampanye untuk menjadi presiden. Thad Cochran, Senator dari Partai Republik berkomentar sengit tentang McCain, "Pikiran tentang dirinya jadi presiden membuat bulu kuduk saya berdiri. Dia tak konsisten, cepat naik darah, sering kehilangan kesabarannya dan dia membuat saya khawatir." Maka, di mata penulis buku ini, McCain sama sekali belum menawarkan substansi legislasi apa pun untuk memperkuat AS (hal 46).
Buku ini, memberikan gambaran lebih jauh tentang McCain, kehidupan nyata dari politisi serta mantan veteran yang kini menjadi calon presiden dari Partai Republik. Sayangnya, penulis seakan "menafikan" jasa besar dan kebaikan McCain, sebaliknya lebih mengungkap sisi hitam dan belang McCain. Jadi, terbitnya buku ini akan memberikan semacam keteguhan hati bagi warga AS untuk mengenal sosok John McCain secara utuh agar kelak tahu konsekuensi yang harus ditanggung, jika mau memilih McCain dalam pilpres 4 November mendatang. ***
*) N. Mursidi, blogger buku terbaik dalam Pesta Buku Jakarta 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar