"Sedang baca buku apa sekarang?" tanya salah seorang temanku pada satu malam lewat sebuah pesan pendek. Aku tidak heran, kalau dia bertanya seperti itu. Maklum, waktu kami sama-sama masih tinggal di Jogja, ia tahu aku kerap menginap di kontrakannya dengan membawa beberapa buku, lantas aku membaca satu-dua buku hingga habis sampai-sampai aku lupa kuliah, lupa makan bahkan lupa jika aku sudah tak punya uang lagi --yang seharusnya; kondisi tersebut memaksaku untuk mencari uang di jalanan. Tetapi, ia tidak mengingatkanku!
Tentu, pesan pendek itu seperti menyengatku untuk merajut kembali puing-puing kenangan di masa lalu yang menyebalkan itu. Jelas, aku seakan merasa bersalah karena temanku itu sekarang ini tinggal di lereng gunung, lantaran menjalani hidup di kampung istrinya yang terpencil. Ia seperti tidak punya pilihan; akhirnya menjadi guru honorer dengan gaji sebesar 180 ribu rupiah (sebulan). Maka, aku iseng membalas pesan pendeknya dengan cara berkelakar, "Aku sedang membaca buku panduan bagaimana menjadi guru honorer yang setia!"
Jawaban itu, semakin membuatku merasa bersalah lantaran ia tidak membalas pesan pendekku. Dulu, aku memang kerap meledeknya, tetapi kali ini aku sadar bahwa dia sekarang memiliki setumpuk masalah rumah tangga. Tak seperti dulu lagi. Maka buru-buru aku menulis sebuah pesan pendek untuk meminta maaf. Ia tak membalas. Aku tak tega ia terpuruk, sehingga aku menelponnya untuk menghapus kesalahanku.
Setelah obrolan mencair, dia mulai rileks. "Kamu ini sudah menjalani hidup layak, kawan! Kamu mampu menulis, dan bahkan kalau dihitung-hitung, gajiku selama sebulan mengajar masih kecil kalau dibandingkan dengan honor satu tulisan yang kamu tulis dalam semalam!" keluhnya pelan, tapi masih sempat kudengar.
Aku diam seperti disengat listrik! Dalam hati aku merenung, apakah aku sudah hidup layak? Mungkin, benar apa kata temanku itu! Tetapi obsesiku untuk "tinggal di lereng gunung" seperti tak terbendung dan akhirnya membuncah, "Tapi, aku ingin mengungsi ke lereng gunung mengikuti jejakmu, kawan!"
"Ah, kamu tidak akan mampu kawan!" balas temanku. "Aku saja, kini kurus kering, dan kerap diomeli istriku!" lanjutnya tanpa basa-basi.
Aku tertawa. Ia ikut tertawa.
"Jalan hidupmu tidak di lereng gunung, kawan!" ucapnya pedas, di akhir obrolan.
Aku kembali tersentak. Kenapa semua orang seperti tidak percaya ketika aku bercerita jika aku memiliki obsesi kuat untuk tinggal di lereng gunung. Apa yang salah dengan obsesiku tersebut?
Malam semakin larut. Aku ingin menghibur diriku mengenang masa laluku waktu di Jogja dulu tatkala aku harus melarikan diri ke kontrakan temanku; dengan tujuan agar aku bisa khusuk membaca buku dan tak dicari-cari orang lagi, karena belum mampu membayar utang.
Aku ingin membaca seperti dulu lagi --dalam hening dan sepi yang memberiku semangat untuk terpacu menulis. Kenangan itu, ternyata bisa membangkitkan semangatku untuk membaca lagi, setelah beberapa hari ini aku kerap merasakan capek. Maka, aku memilih beberapa buku yang aku dapatkan di bulan Januari 2009 ini, yang antara lain;
1. Takaido Inn, Dorothy & Thomas Hoobler (Dastan Books, Jakarta) harga 39.900,-
2. Dream, Joannes Rhino (Dastan Books, Jakarta), harga; 39.900,-
3. Dragon, Clive Clusser (Dastan Books, Jakarta), harga: 79.900,-
4. Smart Parenting; 200 Kiat Cerdas Mendidik Anak, Dr Tasbih Nada (Azkia Jakarta), harga; 55.000,-
5. Investasi Emas, Nofie Iman (Daras Books, Jakarta), harga: 49.900,-
6. I`m Watching You, Karen Rose (Daras Books, Jakarta), harga: 69.900,-
Total harga; Rp 334.500,-
Akhirnya --dalam hening malam itu-- aku memutuskan membaca buku Investasi Emas. Aku hanya ingin membacanya, tak perlu ada satu alasan untuk meneguhkan pilihan tersebut! Tapi, di sela-sela kekhusukan membacaku, sindiran temanku seperti berkelebat, "Jalan hidupmu tidak di lereng gunung, kawan!"
Aku kembali merenung, "Apa benar jalan hidupku tidak di lereng gunung?"
Tentunya, untuk satu obsesiku ini aku butuh sebuah alasan. Maka, kelak akan aku ceritakan kepadamu, mengapa aku "menggebu-gebu" ingin tinggal di lereng gunung! Aku ingin tinggal di lereng gunung tidak karena lari dari kenyataan. Aku ingin tinggal di lereng gunung hanya memenuhi impian ayahku!
Dan aku berjanji, kelak akan aku ceritakan "alasan di balik obsesiku" itu. ***
Ciputat, 27 Januari 2009
6 komentar:
memang penulis imajinasinya liar ya, inginnya banyak. tapi semoga mimpi itu kesampaian. saya juga pengin dpat buku2 gitum gratis lagi dari penerbit, syg menulis resensinya kacau. kalau mau nulis resensi buku baru, apa harus beli dulu? jadi tiap bulan ke toko dunk? hee..
amin! tak hrs beli bk baru, biasanya teman2 malah pada pinjam aku! Kalau mas nugroho tinggal di pamulang, main aja ke tempatku.... aku tinggal di ciputat....
Ya sudah kamu tingal di gunung saja beberapa saat. Yang penting obsesi ayahmu itu telah kamu laksanakan. Setelah itu kembali lagi ke kota, beres khan...! Haaa.....
ok bos eep. jk waktu luang, tentunya bisa mancing di sawah. he 3x
Halo Mas Mursidi, buku GPU katanya Maria udah dikirim hari Kamis minggu lalu, sudah diterimakah?
Btw, apa kabar Mas? (Eh, nanyanya kok di akhir kalimat sih?..hehhe...)
kabar baik. bk sdh saya terima, tapi ada 2 yg kelewatan alias gak dikirim sebagaimana permintaanku (tapi pihak penerbit ganti satu buku yang tk aku minta). ya, gmn lagi. aku ikhlas aja deh..... namanya juga dikasih.... he 3x.
Posting Komentar