resensi ini dimuat di majalah Hidayah edisi 92/April 2009
Judul buku : The Power of Israel in USA
Penulis : James Petras
Penerbit : Zahra, Jakarta
Cetakan : Pertama, 2008
Tebal buku : 336 halaman
Tak lama ini, konflik Palestina-Israel bergolak lagi. Genjatan senjata yang sempat berlangsung 6 bulan, kembali terkoyak. Israel menyerang Jalur Gaza. Tidak sedikit warga Palestina yang meregang nyawa. Warga muslim dunia mengutuk Israel. Ironisnya, PBB nyaris tak bereaksi melihat aksi Israel. Amerika nyaris tidak jauh berbeda. Tak pelak, kalau akal sehat setiap warga dunia bertanya; mengapa AS diam terhadap serangan Israel?
Buku ini, memang tidak berpretensi menjawab pertanyaan di atas. Tapi, penulis menguak kuasa Israel yang memiliki cengkraman kuat terhadap AS. Dengan kekuatan lobi, Israel tidak hanya menjadikan dunia di genggaman Israel tapi telah menjadikan AS tidak lebih sebagai kepanjangan Israel. Anehnya, lobi Yahudi Israel itu terbukti ampuh.
Sejak berdiri 1948, Israel telah menarik perhatian dunia. Tak hanya soal pendirian Israel yang kontroversial --meski didasarkan keputusan Majelis Umum PBB yang membagi wilayah Palestina tahun 1947-- melainkan dalam "perkembangan selanjutnya Israel telah merampas tanah Palestina dengan kejam; membunuh dan mengusir warga Palestina. Tak terhitung militer Israel melakukan serangan ke Tepi Barat. Setiap kali warga Palestina membalas, Israel menuntut lebih; menculik, membunuh dan melakukan penangkapan.
Tapi kekejaman Israel itu menguap dalam berita di siang hari dan menjadi basi di malam hari. Sebaliknya, saat warga Pelestina membalas tindakan brutal Israel, media dan elite politik Barat menghujat serangan itu sebagai teroris. Ambiguitas keberpihakan AS, tidak lain karena di balik itu; kekuatan pihak lobi Yahudi (Israel) bisa mempengaruhi kebijakan politik AS. Israel sadar Amerika dan Barat tidak akan merintangi ulah Israel. Tak salah, Ariel Sharon pernah sesumbar, "Kita memiliki AS dalam genggaman kita."
Cengkraman Israel terhadap AS itu mengakibatkan AS kerap memberi dukungan tanpa syarat pada Israel untuk menduduki Palestina bahkan mengusir warga Palestina. Tak terkecuali dukungan AS terhadap Israel dalam menginvasi Irak, dan kemungkinan serangan ke Iran dan Suriah di kemudian hari. Kekuatan lobi Yahudi Israel cukup kuat menggenggam politik AS dan kebijakan Timur Tengah sebab donasi kekuangan Yahudi (dari Political Action Committees/PACs) mengalir deras mendanai kampanye politik AS.
Sumbangan dana dari lobi Yahudi itu, kemudian menuntut AS tidak segan-segan "mengucurkan" sumbangan terhadap Israel mencapai 3-10 milliar dollar (yang didaur ulang kembali pihak lobi melalui transfer uang). Politik "balas budi" itu diproyeksikan Israel untuk mengubah Timur Tengah jadi satu gabungan "Lingkaran Kesejahteraan Bersama" AS-Israel. Hal itu tidak lain merupakan satu proyek yang disamarkan untuk mengajukan demokrasi di Timur Tengah melalui moncong senjata dari AS (hal. 21).
Dengan buku ini, penulis ingin menguak bahwa politik AS dalam cengkraman Israel. Tuntutan lobi Yahudi, kerap mengarah langsung pada dukungan AS terhadap aksi Israel; seperti agresi Israel terhadap negara Arab (1067, 1973, 1982) dan serangan AS ke Irak 1991 dan 2003. Juga, dukungan invasi Israel ke Lebanon, dan Gaza (2006). Tak salah, konflik Israel-Palestina selama 60 tahun lebih tidak menemui jalan damai.
Tak mustahil, jika buku ini mengungkap kemunafikan AS. Dengan kekuatan lobi Yahudi di pentas politik AS, penulis mengkritisi 15 tesis Naom Chomsky yang dipandang keliru karena Chomsky menganggap lobi Yahudi tak beda jauh dengan lobi-lobi lain di Washington. Padahal bagi Petras, pihak lobi Yahudi menggiring pemerintahan AS jadi pemerintahan teroris dan AS berada dalam cengrakaman Israel. (n mursidi)
Buku ini, memang tidak berpretensi menjawab pertanyaan di atas. Tapi, penulis menguak kuasa Israel yang memiliki cengkraman kuat terhadap AS. Dengan kekuatan lobi, Israel tidak hanya menjadikan dunia di genggaman Israel tapi telah menjadikan AS tidak lebih sebagai kepanjangan Israel. Anehnya, lobi Yahudi Israel itu terbukti ampuh.
Sejak berdiri 1948, Israel telah menarik perhatian dunia. Tak hanya soal pendirian Israel yang kontroversial --meski didasarkan keputusan Majelis Umum PBB yang membagi wilayah Palestina tahun 1947-- melainkan dalam "perkembangan selanjutnya Israel telah merampas tanah Palestina dengan kejam; membunuh dan mengusir warga Palestina. Tak terhitung militer Israel melakukan serangan ke Tepi Barat. Setiap kali warga Palestina membalas, Israel menuntut lebih; menculik, membunuh dan melakukan penangkapan.
Tapi kekejaman Israel itu menguap dalam berita di siang hari dan menjadi basi di malam hari. Sebaliknya, saat warga Pelestina membalas tindakan brutal Israel, media dan elite politik Barat menghujat serangan itu sebagai teroris. Ambiguitas keberpihakan AS, tidak lain karena di balik itu; kekuatan pihak lobi Yahudi (Israel) bisa mempengaruhi kebijakan politik AS. Israel sadar Amerika dan Barat tidak akan merintangi ulah Israel. Tak salah, Ariel Sharon pernah sesumbar, "Kita memiliki AS dalam genggaman kita."
Cengkraman Israel terhadap AS itu mengakibatkan AS kerap memberi dukungan tanpa syarat pada Israel untuk menduduki Palestina bahkan mengusir warga Palestina. Tak terkecuali dukungan AS terhadap Israel dalam menginvasi Irak, dan kemungkinan serangan ke Iran dan Suriah di kemudian hari. Kekuatan lobi Yahudi Israel cukup kuat menggenggam politik AS dan kebijakan Timur Tengah sebab donasi kekuangan Yahudi (dari Political Action Committees/PACs) mengalir deras mendanai kampanye politik AS.
Sumbangan dana dari lobi Yahudi itu, kemudian menuntut AS tidak segan-segan "mengucurkan" sumbangan terhadap Israel mencapai 3-10 milliar dollar (yang didaur ulang kembali pihak lobi melalui transfer uang). Politik "balas budi" itu diproyeksikan Israel untuk mengubah Timur Tengah jadi satu gabungan "Lingkaran Kesejahteraan Bersama" AS-Israel. Hal itu tidak lain merupakan satu proyek yang disamarkan untuk mengajukan demokrasi di Timur Tengah melalui moncong senjata dari AS (hal. 21).
Dengan buku ini, penulis ingin menguak bahwa politik AS dalam cengkraman Israel. Tuntutan lobi Yahudi, kerap mengarah langsung pada dukungan AS terhadap aksi Israel; seperti agresi Israel terhadap negara Arab (1067, 1973, 1982) dan serangan AS ke Irak 1991 dan 2003. Juga, dukungan invasi Israel ke Lebanon, dan Gaza (2006). Tak salah, konflik Israel-Palestina selama 60 tahun lebih tidak menemui jalan damai.
Tak mustahil, jika buku ini mengungkap kemunafikan AS. Dengan kekuatan lobi Yahudi di pentas politik AS, penulis mengkritisi 15 tesis Naom Chomsky yang dipandang keliru karena Chomsky menganggap lobi Yahudi tak beda jauh dengan lobi-lobi lain di Washington. Padahal bagi Petras, pihak lobi Yahudi menggiring pemerintahan AS jadi pemerintahan teroris dan AS berada dalam cengrakaman Israel. (n mursidi)
2 komentar:
Saya belum baca lagi buku ini. Belum jumpa lagi di toko buku di sini-Malaysia,versi English. Rupanya, sudah diterjemah ke bahasa Indonesia.Maju sungguh terjemahan Indonesia,ya.
oh, malaysia blm ada ya? salam, bung
Posting Komentar