Judul buku : Cahaya dari Timur; Peran Ilmuwan dan Sains Islam dalam Membentuk Dunia Barat
Penulis : John Freely
Penerbit : Elex Media Komputindo, Jakarta
Cetakan : Pertama, Desember 2011
Tebal buku : 436 halaman
Harga : Rp. 74.800, -
MATAHARI terbit dari timur kemudian tenggelam di ufuk Barat. Itu gambaran sekilas tentang kehidupan di dunia ini. Tak terkecuali peta panjang pelestarian atau tradisi berkembangnya ilmu pengetahuan dan sains.
Dulu ilmu pengetahuan dan sains tumbuh berkembang di timur, tetapi kemudian secara perlahan diadopsi oleh Barat. Tak pelak, jika Abdul Salam -seorang ahli Fisika dari Pakistan dan peraih Nobel di bidang fisika tahun 1979 ini-- menorehkan secercah kalimat yang cukup dipercayainya di salah satu lembaga riset yang ia dirikan di International Center for Theoretical Physics di Triesste, "Pemikiran itu sangat lumrah dan merupakan warisan umat manusia."
Abdul Salam membuktikan kebenaran dari kerja keras John Freely dalam menelusuri jejak warisan "ilmu pengetahuan dan sains Arab dalam membentuk dunia Barat yang dia tuangkan dalam buku berjudul Cahaya dari Timur; Peran Ilmuwan dan Sains Islam dalam Membentuk Dunia Barat ini. Sebab, ketika bangsa Eropa (Barat) diselubungi kekelaman zaman pertengahan setelah berakhirnya peradanan Yunani - Romawi, ilmuwan Arab (Timur) meneguhkan tonggak yang kemudian mewarnai peradaban dunia.
John Freely mencatat, ilmuwan Timur mengamati ruang angkasa dari sejumlah observatorium di Samarkand, Baghdad, Damscus, Cairo, Marrakesh dan Cordoba. Sementara sejumlah dokter, fisikawan, dan ahli matematika --termasuk ahli geografi, dan alkemi-- gencar melakukan riset demi pengembangan ilmu pengetahuan dan sains. Ilmu pengetahuan yang dikembangkan itu tidak lain merupakan warisan Yunani Kuno termasuk beberapa pengetahuan dari Mesopotania, India dan China (hal 3). Di masa pemerintahan Abu Jafar al-Mansur, ibu kota baru Baghdad dapat disebut sebagai awal periode (paling unggul) dalam sejarah intelektual Islam. Selain pada zaman al-Mansur, Baghdad juga jadi pusat kebudayaan di bawah pemerintahan empat generasi penerusnya di mana yang paling terkenal adalah Harun al Rashid, Abd-Allah al-Ma`mun. Karena masa itu, sejumlah buku filsafat dan ilmu pengetahun lain (yang sebelumnya berbahasa Yunani dan bahasa asing lain) diterjemahkan ke dalam bahasa Arab (hal. 62).
Kegiatan penerjemahan itu, tak dapat ditepis, membangkitkan sains baru di dunia Arab. Tak pelak, jika kemudian sain baru di dunia Arab itu pun menyebar dari Baghdad ke arah Timur, sampai ke Asia Tengah, dan akhirnya ke Barat sampai ke Afrika bahkan Spanyol. Intelektual Islam, seperti Al Kindi, Ibn Rusyd, Al Farabi, al-Ghazali, Ibn Sina dan beberapa pemikir Islam lain tidak sekedar "melestarikan" warisan pemikiran Yunani Kuno tersebut, tetapi mereka pun ikut mewarnai corak dalam proses transfomasi ilmu pengetahuan dan sains tersebut ketika berkembang dan maju di dunia Islam.
Tetapi peta perkembangan ilmu pengetahuan dan sains itu kemudian "menggeliat" ke arah Barat dalam satu silang budaya yang memiliki spektrum luas. Buku ini adalah buku referensi yang mengupas peta ilmu pengetahuan dan sain praIslam dan Islam yang lengkap dan mumpuni. Dengan menuliskan catatan dalam bentuk narasi kebudayaan yang kuat dan akurat.
*) N. Mursidi, peneliti pada Al-Mu`id Institute, Lasem, Jawa Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar