resensi ini dimuat di Pikiran Rakyat, Kamis 14 November 2013
Judul buku: Menerobos Kegelapan: Sebuah Autobiografi Spiritual
Penulis : Karen Armstrong
Penerbit : Mizan, Bandung
cetakan : Juni, 2013
Tebal buku: 558 halaman
PERJALANAN hidup seseorang tidak selamanya berjalan linier seperti arah jarum jam. Tidak jarang malah untuk merengkuh keberhasilan, orang harus melalui jalan berkelok. Karena, kesuksesan bukan berkah yang turun dari langit. Keberhasilan adalah imbalan kerja keras dan perjuangan yang tiada henti. Jadi, orang sukses itu adalah ia yang menang berjuang melawan cengkraman nasib dan kegagalan yang datang menghampiri bertubi-tubi dan ia mampu bertindak dengan terobosan baru hingga menghantarkannya merengkuh cahaya spiritualitas.
Perjalanan hidup berliku dengan deraan kegagalan itulah yang pernah dialami Karen Armstrong --sebelum dikenal sebagai penulis dan "monoteis bebas" (freelance monotheist). Bagaimana tidak? Di usia yang masih muda, dia memilih jalan hidup untuk menjadi biarawati. Alasan untuk menetap di biara Katolik Roma, selain didorong gejolak jiwa di tengah "denting" hedonisme dan materialisme kehidupan Birmingham (kota kelahiran Karen), juga didorong panggilan hidup untuk merengkuh kesejukan ruhani. Ya, dia ingin menemukan Tuhan melalui petualangan epik di tengah kebingungan.
Tetapi apa yang terjadi setelah ia mengabdikan diri menjalani hidup membiara? Ternyata bukan getar religius dan dekat pada Tuhan yang didapat melainkan didera krisis mental dan cidera daya nalar kritisnya. Sebab tuntutan hidup yang menghendaki penundukan ego, ritual doa dan sakramen tidak bisa membawanya bersatu dengan Tuhan. Selain itu, ada beberapa metode pelatihan yang dirasa tak sehat dan tidak masuk akal. Akibatnya, ia terombang-ambing dalam lautan cemas. Setelah mendekam 7 tahun dalam biara, ia akhirnya angkat kaki. Tak kuat!
Kisah perjalanan hidup dengan penuh gejolak selama 7 tahun membiara itu memang sungguh miris, tragis dan pilu. Tidak salah jika buku Through the Narrow Gate, sebuah buku yang ditulis Karen tentang pengalamannya selama 7 tahun di biara itu pun laris manis. Dari kesuksesan buku itu, Karen kemudian menulis buku berikutnya Beginning the World -sebuah buku yang bercerita tentang kepulangan Karen ke kehidupan awam. Tapi, ia sama sekali tidak puas dengan buku Beginning the World, karena dirasakan ada beberapa hal yang telah berubah dalam dirinya setelah duapuluh tahun berlalu di kemudian hari.
Akibat dari ketidakpuasan itulah ia kemudian menulis buku Menerobos Kegelapan: Sebuah Autobiografi Spiritual ini yang dimaksud guna meluruskan visi dari buku Beginning the World. Buku yang aslinya berjudul The Spiral Staircase: My Climb Out of Drakness ini berkisah tentang perjalanan spiritual Amstrong setelah pada 1969, dia menutuskan keluar dari biara untuk mencari jalan hidup sendiri. Sebab selama tinggal di biara, ia merasakan mengikuti jalan orang lain. Tetapi, keadaan baik juga tak ia rengkuh di luar biara. Ia malah merasa putus asa, tidak tahu apa yang terjadi, juga apa yang mesti dan harus ia lakukan.
Pergulatan itu terus berlanjut dan tak berubah membaik. Malah, bukan hanya gagal sebagai biarawati (krisis spiritual) semata-mata, ia pun merasa kehilangan kepercayaan pada Tuhan (ateis). Lebih dari itu, beberapa kegagalan masih ia terima; tak lulus ujian doktoral serta diberhentikan dari pekerjaan sebagai staff dan guru di sebuah sekolah. Lebih tragis lagi, di tahun 1976 ia didiagnosis menderita epilepsi.
Tapi ia tak mau menyerah, justru kegagalan itu membuat perubahan radikal dalam hidupnya. Akhirnya, ia menapaki "hidup baru" sebagai penulis. Penelitian atas agama-agama Semit (Yahudi, Kristen, Islam) telah membawa akar terdalam dari kebenaran agama. Bukunya A History of God (Sejarah Tuhan) setidaknya merupakan bentuk pencariannya untuk mengenal lagi (to turn again) agama, setelah ia sejak keluar dari biara mengaku ateis. Selain itu, juga menulis buku Muhammad, Berperang Demi Tuhan, Islam, Perang Suci serta Budha yang semua itu memberi prespektif baru agama dan dari semua itu ia malah menemukan agama (Tuhan).
Perjalanan spiritual Karen, anehnya tidak dia sadari. Dia dalam prakata buku ini bertutur, "Sejak lama saya berasumsi telah putus "hubungan" dengan agama untuk selamanya tetapi pada akhirnya revolusi aneh dan tak terduga dalam hidup saya telah menghantarkan saya ke sejenis transformasi yang -kini saya yakini- merupakan apa yang saya cari bertahun-tahun lalu saat saya mengemas koper, masuk biara dan berangkat mencari Tuhan" (hal. 28-29).
Pendeknya, ia tak menemukan Tuhan di biara, tetapi di luar biara. Untuk itu, buku ini bisa dikata proses metamorfosis spiritualitas seorang exnun (mantan biarawati). Kisah dalam buku ini setidaknya tak sekedar memoar biasa. Juga, bukan sekadar biografi biasa. Sebab Karen telah mencurahkan seluruh renungan "hal-hal dalam" -kehidupan pribadi-- yang itu sebenarnya cukup rahasia. Apalagi Karen adalah mantan biarawati (exnun), yang tentu bisa saja akan nada kritis di masa lalu bersentuhan dengan kehidupan membiara, tak bisa ditepis. Ada kritik pedas yang tersembur dari pena Karen atas Kristianisme, Islam bahkan Yahudi. Karena dalam pengamatannya agama tak lebih invensi manusia.
Tak pelak, jika buku ini layak dijadikan bacaan plus bagi penganut agama untuk sebuah renungan.***
*) N. Mursidi, penulis buku Tidur Berbantal Koran (Elex Media; 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar