resensi ini dimuat di majalah anggun edisi 6/II/Juni-Juli 2009
Judul buku : Embun Pasutri (Renew Your Marriage; Penawar Kejenuhan, Pengobat Kegundahan Rumah Tangga Islami)
Penulis : Muhammad Al-Qadhy
Penerbit : Madanisa, Bandung
Cetakan : Pertama, September 2008
Tebal buku : x1x + 115 halaman
TIDAK ada sepasang (suami-istri) yang melangsungkan pernikahan untuk tujuan ingin bercerai di kemudian hari. Tak mustahil, jika sepasang suami istri kemudian tetap berusaha agar pernikahan itu abadi. Karena janji suci pernikahan yang diucapkan saat suami istri melangsungkan akad nikah, bukanlah sekedar janji dua manusia lawan jenis untuk hidup dalam satu atap rumah tangga, melainkan juga di bawah “janji suci” yang diikrarkan atas nama Tuhan.
Janji suci atas nama Allah dalam pernikahan itulah yang disebut ikatan sakral dalam kehidupan umat manusia. Karena diikat atas nama Tuhan, sangat berasalan jika Allah membenci perceraian, sekali pun perceraian itu halal. Tapi seiring dengan waktu, riak kehidupan rumah tangga, perselisihan dan beda pendapat adalah hal biasa, yang harus disikapi dengan dewasa yang tidak berarti harus disikapi dengan amarah. Apalagi, sampai berujung pada perceraian.
Dalam upaya untuk menjaga pernikahan tetap langgeng itulah Muhammad Al-Qadhy dalam buku Embun Pasutri (Renew Your Marriage); Penawar Kejenuhan, Pengobat Kegundahan Rumah Tangga Islami ini mengajak pasangan suami istri untuk selalu menyegarkan kembali perekat pernikahan. Dengan cara menyegarkan pernikahan itu, pernikahan tak hanya bisa diselamatkan tapi juga dapat membawa pada kemuliaan bagi sepasang suami-istri.
Tidak dapat dimungkiri, pernikahan adalah sebuah amanah sehingga pasangan suami dan istri yang berhasil membangun rumah tangga dengan penuh cinta dan kasih sayang untuk mendapat ridha dan berkah dari Allah, niscaya akan mendapatkan untaian kehidupan rumah tangga yang penuh kemuliaan. Di mata penulis, menyegarkan kembali sebuah pernikahan adalah upaya mulia yang insyaallah mengundang keberkahan dan kemuliaan di sisi Allah.
Memang tidak ada pernikahan yang bisa dikata terlepas dari ujian, seperti riak kecil perselisihan dan beda pendapat. Lalu bagaimana cara untuk menyegarkan kembali pernikahan itu agar tetap bisa dipertahankan? Tidak lain dengan cara terus menerus melandasi pernikahan dengan cinta yang begitu dalam untuk keluarga, anak-anak yang dilahirkan, juga termasuk orangtua dan yang terpenting adalah cinta pada Allah. Dengan cara itu, maka pernikahan akan tetap terjaga sepanjang masa. Sepasang suami dan istri pun, dalam melewati rentang waktu selenjautnya seperti menjadi pengantin selamanya walau angina dan badai kencang menghadang.
Gema untuk “menyegarkan kembali pernikahan” yang diusung oleh penulis buku ini, tentunya bisa dijadikan sebagai jendela kreatif dan inspiratif guna melihat panorama kehidupan rumah tangga yang harus dijaga agar tetap utuh. Karena penulis menawarkan setumpuk pintu saat sepasang suami-istri didera masalah dengan tip yang menyentuh. Juga, menawarkan solusi jitu ketika masalah-masalah keluarga menghadang, sebelum sepasang suami istri memutuskan untuk mengambil jalan terakhir; perceraian.
Untaian manis untuk menyegarkan pernikahan sebagaimana diterangkan dalam buku ini tak disangkal lagi patut untuk direnungi. Apalagi bagi sepasang suami istri yang lagi didera masalah dalam rumah tangga, buku ini bisa menjadi buku panduan yang tak bisa dikesampingkan. (n. mursidi, blogger terbaik dalam Pesta Buku Jakarta 2008)
Janji suci atas nama Allah dalam pernikahan itulah yang disebut ikatan sakral dalam kehidupan umat manusia. Karena diikat atas nama Tuhan, sangat berasalan jika Allah membenci perceraian, sekali pun perceraian itu halal. Tapi seiring dengan waktu, riak kehidupan rumah tangga, perselisihan dan beda pendapat adalah hal biasa, yang harus disikapi dengan dewasa yang tidak berarti harus disikapi dengan amarah. Apalagi, sampai berujung pada perceraian.
Dalam upaya untuk menjaga pernikahan tetap langgeng itulah Muhammad Al-Qadhy dalam buku Embun Pasutri (Renew Your Marriage); Penawar Kejenuhan, Pengobat Kegundahan Rumah Tangga Islami ini mengajak pasangan suami istri untuk selalu menyegarkan kembali perekat pernikahan. Dengan cara menyegarkan pernikahan itu, pernikahan tak hanya bisa diselamatkan tapi juga dapat membawa pada kemuliaan bagi sepasang suami-istri.
Tidak dapat dimungkiri, pernikahan adalah sebuah amanah sehingga pasangan suami dan istri yang berhasil membangun rumah tangga dengan penuh cinta dan kasih sayang untuk mendapat ridha dan berkah dari Allah, niscaya akan mendapatkan untaian kehidupan rumah tangga yang penuh kemuliaan. Di mata penulis, menyegarkan kembali sebuah pernikahan adalah upaya mulia yang insyaallah mengundang keberkahan dan kemuliaan di sisi Allah.
Memang tidak ada pernikahan yang bisa dikata terlepas dari ujian, seperti riak kecil perselisihan dan beda pendapat. Lalu bagaimana cara untuk menyegarkan kembali pernikahan itu agar tetap bisa dipertahankan? Tidak lain dengan cara terus menerus melandasi pernikahan dengan cinta yang begitu dalam untuk keluarga, anak-anak yang dilahirkan, juga termasuk orangtua dan yang terpenting adalah cinta pada Allah. Dengan cara itu, maka pernikahan akan tetap terjaga sepanjang masa. Sepasang suami dan istri pun, dalam melewati rentang waktu selenjautnya seperti menjadi pengantin selamanya walau angina dan badai kencang menghadang.
Gema untuk “menyegarkan kembali pernikahan” yang diusung oleh penulis buku ini, tentunya bisa dijadikan sebagai jendela kreatif dan inspiratif guna melihat panorama kehidupan rumah tangga yang harus dijaga agar tetap utuh. Karena penulis menawarkan setumpuk pintu saat sepasang suami-istri didera masalah dengan tip yang menyentuh. Juga, menawarkan solusi jitu ketika masalah-masalah keluarga menghadang, sebelum sepasang suami istri memutuskan untuk mengambil jalan terakhir; perceraian.
Untaian manis untuk menyegarkan pernikahan sebagaimana diterangkan dalam buku ini tak disangkal lagi patut untuk direnungi. Apalagi bagi sepasang suami istri yang lagi didera masalah dalam rumah tangga, buku ini bisa menjadi buku panduan yang tak bisa dikesampingkan. (n. mursidi, blogger terbaik dalam Pesta Buku Jakarta 2008)
1 komentar:
yang dibenci Alloh itu perceraiannya atau apa yang menyebabkan perceraian, cerai hanya anak yang dilahirkan dari perselisihan, justru perselisihan itu yang jadi biang kerok, mari kita brantas perselisihan. merdeka!!!
Posting Komentar