resensi ini dimuat di Jurnal Nasional, Minggu 14 Mar 2010
Judul buku : Zionisme dan Keruntuhan Amerika
Penulis : James Petras
Penerbit : Zahra, Jakarta
Cetakan : I, November 2009
Tebal buku : 288 halaman
Harga: 55.000,-
DALAM peta geo-politik, Amerika dapat disebut sebagai negara besar bahkan tidak terkalahkan oleh kekuatan negara lain. Apalagi setelah Uni Soviet (dan kekuatan komunisme) runtuh. Praktis Amerika menjadi satu-satunya negara adidaya bahkan jadi polisi (penjaga keamanan) dunia. Tak mustahil, kalau tak ada satu pun negara yang berani menentang dan mengibarkan bendera perang menentang Amerika.
Tetapi, di balik kemegahan Amerika di peta dunia, sebenarnya negara "Paman Sam" itu mengalami kerapuhan dari dalam karena sedang berada di ambang kehancuran. Sayang, fakta tersebut tak banyak yang tahu. Padahal di mata James Petras, penulis buku Zionisme dan Keruntuhan Amerika ini, pelan tapi pasti kehancuran Amerika itu sudah di depan mata. Kehancuran itu, tak lain karena kebijakan yang dibuat Gedung Putih dan cabang-cabang legislatif telah diwarnai kekuatan lobi Israel.
Dengan lobi dan dana yang diberikan lobi Yahudi dalam kampanye pemilihan presiden, gubernur, senator di Amerika, praktis membuat kekuatan Israel yang tergabung dalam ZPC --Zionist Power Configuration atau Galangan Kekuatan Zionis-- memiliki taring menekan Kongres dan pembuat kebijakan senior untuk mengeluarkan kebijakan yang bisa menghancurkan musuh-musuh Israel melalui sanksi ekonomi, bahkan perang. Padahal, di sisi lain, hal itu merugikan Amerika
Kongres pun jadi semacam institusi yang dikuasai zionis. Di balik lobi dan pemberian dana yang dikucurkan ZPC dan lobi Israel, Amerika tidak ubahnya boneka Israel. Pasalnya, Israel telah mengendalikan peta politik, ekonomi dan militer negara Amerika. Ironisnya, kekuatan lobi Israel itu menjadikan Amerika lengah. Di balik invasi Amerika terhadap Irak, tidak disangsikan, jika Israel menjadi motor perang di balik itu. Lebih-lebih, dengan terpilihnya David Petraeus sebagai pemimpin perang.
Meski invasi ke Irak tak menuai keberhasilan tetapi Amerika tetap menutup mata. Bahkan sekarang Amerika ingin melancarakan perang melawan Iran -perpanjangan perang melawan Irak, Afghanistan, Somalia dan Libanon. Modus perang imperial membangun kekuatan negara, tak dapat disangkal sudah tidak zamannya lagi. Terbukti, perang yang dilancarakan Amerika atas tuntutan Israel tak saja telah melemahkan demokrasi Amerika tetapi juga merupakan pemborosan.
Dengan perang imperial itu, Amerika sebenarnya ingin meraih dan membuka kesempatan pasar atau menumpuk pundi-pundi keuangan sebagaimana perang di zaman dulu. Tetapi, keadaan telah berubah dan Amerika tetap memakai modus lama. Tak mustahil, jika "kesempatan emas" dalam merebut pasar dunia itu, kemudian diambil alih oleh jaringan negara investor dan perdagangan baru seperti China, Jepang, Eropa dan India. Maklum, kini imperialis pasar (ekonomi) tidak tergantung payung militerisme, tapi lebih pada posisi superior di pasar dan pembangunan yang hebat dalam kekuatan produksi.
Tak salah, jika perang yang dilancarkan oleh Amerika demi menuruti kehendak Israel --untuk menyerang Irak, Afghanistan, Somalia dan Libanon yang akan dilanjutkan invasi ke Iran telah menjerumuskan Amerika gagal membangun kerajaan ekonomi. Militerisme yang dijadikan oleh Amerika dalam membangun kekuatan global telah menghancurkan Amerika. Fakta itu membuat Amerika terpuruk dalam posisi persaingan global. Amerika menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk membangun markas militer dan perang. Akibatnya, Amerika merosot. Pada 2008, Amerika mengalami resesi besar. Jika serangan terhadap Iran dilaksanakan, Amerika akan dilanda krisis lebih besar. Amerika berada di ambang kehancuran.
Dengan sejumlah fakta dan data, Petras mengungkap akar di balik kehancuran fondasi politik, ekonomi dan militer Amerika. Tidak dapat disangkal, jika fakta dan data itu membuka mata kita bahwa Amerika ternyata tidak lebih sebagai boneka dan telah dijajah oleh Israel. James Petras mengungkap bahwa lobi Israel dan Yahudi, tidak lain sebagai biang dari kehancuran itu. Trik dan cara kerja dari lobi Yahudi, rupanya tidak mampu membuat Amerika yang selama ini dikenal sebagai negara adidaya dan negara besar di peta dunia, punya cara ampuh untuk mengelak dari tekanan dan penjajahan Israel.
Itulah proyeksi Petras akan kehancuran Amerika. Jika Amerika tak bisa lepas dari tekanan Israel, pasti akan semakin terpuruk. ***
*) N. Mursidi, pengamat dunia pustaka, tinggal di Jakarta
Tetapi, di balik kemegahan Amerika di peta dunia, sebenarnya negara "Paman Sam" itu mengalami kerapuhan dari dalam karena sedang berada di ambang kehancuran. Sayang, fakta tersebut tak banyak yang tahu. Padahal di mata James Petras, penulis buku Zionisme dan Keruntuhan Amerika ini, pelan tapi pasti kehancuran Amerika itu sudah di depan mata. Kehancuran itu, tak lain karena kebijakan yang dibuat Gedung Putih dan cabang-cabang legislatif telah diwarnai kekuatan lobi Israel.
Dengan lobi dan dana yang diberikan lobi Yahudi dalam kampanye pemilihan presiden, gubernur, senator di Amerika, praktis membuat kekuatan Israel yang tergabung dalam ZPC --Zionist Power Configuration atau Galangan Kekuatan Zionis-- memiliki taring menekan Kongres dan pembuat kebijakan senior untuk mengeluarkan kebijakan yang bisa menghancurkan musuh-musuh Israel melalui sanksi ekonomi, bahkan perang. Padahal, di sisi lain, hal itu merugikan Amerika
Kongres pun jadi semacam institusi yang dikuasai zionis. Di balik lobi dan pemberian dana yang dikucurkan ZPC dan lobi Israel, Amerika tidak ubahnya boneka Israel. Pasalnya, Israel telah mengendalikan peta politik, ekonomi dan militer negara Amerika. Ironisnya, kekuatan lobi Israel itu menjadikan Amerika lengah. Di balik invasi Amerika terhadap Irak, tidak disangsikan, jika Israel menjadi motor perang di balik itu. Lebih-lebih, dengan terpilihnya David Petraeus sebagai pemimpin perang.
Meski invasi ke Irak tak menuai keberhasilan tetapi Amerika tetap menutup mata. Bahkan sekarang Amerika ingin melancarakan perang melawan Iran -perpanjangan perang melawan Irak, Afghanistan, Somalia dan Libanon. Modus perang imperial membangun kekuatan negara, tak dapat disangkal sudah tidak zamannya lagi. Terbukti, perang yang dilancarakan Amerika atas tuntutan Israel tak saja telah melemahkan demokrasi Amerika tetapi juga merupakan pemborosan.
Dengan perang imperial itu, Amerika sebenarnya ingin meraih dan membuka kesempatan pasar atau menumpuk pundi-pundi keuangan sebagaimana perang di zaman dulu. Tetapi, keadaan telah berubah dan Amerika tetap memakai modus lama. Tak mustahil, jika "kesempatan emas" dalam merebut pasar dunia itu, kemudian diambil alih oleh jaringan negara investor dan perdagangan baru seperti China, Jepang, Eropa dan India. Maklum, kini imperialis pasar (ekonomi) tidak tergantung payung militerisme, tapi lebih pada posisi superior di pasar dan pembangunan yang hebat dalam kekuatan produksi.
Tak salah, jika perang yang dilancarkan oleh Amerika demi menuruti kehendak Israel --untuk menyerang Irak, Afghanistan, Somalia dan Libanon yang akan dilanjutkan invasi ke Iran telah menjerumuskan Amerika gagal membangun kerajaan ekonomi. Militerisme yang dijadikan oleh Amerika dalam membangun kekuatan global telah menghancurkan Amerika. Fakta itu membuat Amerika terpuruk dalam posisi persaingan global. Amerika menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk membangun markas militer dan perang. Akibatnya, Amerika merosot. Pada 2008, Amerika mengalami resesi besar. Jika serangan terhadap Iran dilaksanakan, Amerika akan dilanda krisis lebih besar. Amerika berada di ambang kehancuran.
Dengan sejumlah fakta dan data, Petras mengungkap akar di balik kehancuran fondasi politik, ekonomi dan militer Amerika. Tidak dapat disangkal, jika fakta dan data itu membuka mata kita bahwa Amerika ternyata tidak lebih sebagai boneka dan telah dijajah oleh Israel. James Petras mengungkap bahwa lobi Israel dan Yahudi, tidak lain sebagai biang dari kehancuran itu. Trik dan cara kerja dari lobi Yahudi, rupanya tidak mampu membuat Amerika yang selama ini dikenal sebagai negara adidaya dan negara besar di peta dunia, punya cara ampuh untuk mengelak dari tekanan dan penjajahan Israel.
Itulah proyeksi Petras akan kehancuran Amerika. Jika Amerika tak bisa lepas dari tekanan Israel, pasti akan semakin terpuruk. ***
*) N. Mursidi, pengamat dunia pustaka, tinggal di Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar