resensi ini dimuat di majalah Hidayah edisi 105/Mei 2010
Judul : Sekolah Cinta Rasulullah
Penulis : Nizar Abazhah
Penerbit : Zaman, Jakarta
Cetakan : I, 2010
Tebal : 463 halaman
Harga: 67.500,- (diskon 20%) = 54.000,-
Sungguh beruntung, orang-orang muslim yang hidup di zaman Nabi. Mereka itu tak saja diberi kesempatan Allah untuk mendampingi, meneladani, menimba ilmu (dari Nabi), menjadi pembela perjuangan Nabi tapi tergolong generasi pertama peradaban Islam yang dilimpahi kecintaan yang terpancar dari jiwa Rasulullah. Dari para sahabat itulah, lahir pejuang hebat, pemimpin berani, teladan umat yang gemilang dan penerus tangguh perjuangan nabi.
Tak salah, jika para sahabat itu mendapat tempat istimewa di hati nabi, “Jangan mencela para sahabatku. Demi Allah Yang Menggenggam jiwaku! Sekali pun seseorang mendermakan emas sebesar Bukit Uhud, nilainya tidak akan sama dengan satu mud –atau bahkan setengahnya—kebaikan yang didermakan para sahabatku.” (HR Muslim).
Kebaikan para sahabat Nabi itu memang tidak perlu diragukan. Maklum, mereka memiliki komitmen mempertahankan iman dan rela mengorbankan diri mereka untuk menjaga keselamatan Nabi. Segulung penderitaan, caci makin, pengucilan bahkan segala bentuk intimidasi yang dilancarkan orang-orang kafir ternyata tidak menjadikan mereka lemah. Justru mereka semakin cinta kepada Nabi.
Sebut di antara mereka: Abu bakar, Ali ibn Abi Thalib, Utsman ibn Affan, Sa`ad ibn Abu Waqqash, Zubair ibn Awam, Thalhah ibn Zubair, Abdurrahman ibn Auf. Sekali pun penderitaan harus mereka panggul dengan luka menganga yang terus datang tiada henti, tak sekejap pun mereka berpaling dari cahaya Islam. Keputusan di hati sahabat-sahabat itu untuk memeluk Islam dan membela nabi, tak tergoyahkan. Bahkan, para sahabat itu rela mengorbankan nyawa mereka demi membela Nabi.
Buku yang aslinya berjudul Fi Shuhbati al-Rasul saw –karya Nizar Abazhah-- ini sungguh apik dan mengagumkan dalam menghimpun rekaman jejak para sahabat Nabi. Penulis berhasil mengisahkan kehidupan para sahabat Nabi dengan narasi yang bernas, mengalir, dan mengaduk emosi. Wajar jika buku ini mampu menyentuh hati dan bahkan menggoreskan kesan di benak pembaca; kagum akan generasi pertama di zaman Nabi. (n. mursidi)
Tak salah, jika para sahabat itu mendapat tempat istimewa di hati nabi, “Jangan mencela para sahabatku. Demi Allah Yang Menggenggam jiwaku! Sekali pun seseorang mendermakan emas sebesar Bukit Uhud, nilainya tidak akan sama dengan satu mud –atau bahkan setengahnya—kebaikan yang didermakan para sahabatku.” (HR Muslim).
Kebaikan para sahabat Nabi itu memang tidak perlu diragukan. Maklum, mereka memiliki komitmen mempertahankan iman dan rela mengorbankan diri mereka untuk menjaga keselamatan Nabi. Segulung penderitaan, caci makin, pengucilan bahkan segala bentuk intimidasi yang dilancarkan orang-orang kafir ternyata tidak menjadikan mereka lemah. Justru mereka semakin cinta kepada Nabi.
Sebut di antara mereka: Abu bakar, Ali ibn Abi Thalib, Utsman ibn Affan, Sa`ad ibn Abu Waqqash, Zubair ibn Awam, Thalhah ibn Zubair, Abdurrahman ibn Auf. Sekali pun penderitaan harus mereka panggul dengan luka menganga yang terus datang tiada henti, tak sekejap pun mereka berpaling dari cahaya Islam. Keputusan di hati sahabat-sahabat itu untuk memeluk Islam dan membela nabi, tak tergoyahkan. Bahkan, para sahabat itu rela mengorbankan nyawa mereka demi membela Nabi.
Buku yang aslinya berjudul Fi Shuhbati al-Rasul saw –karya Nizar Abazhah-- ini sungguh apik dan mengagumkan dalam menghimpun rekaman jejak para sahabat Nabi. Penulis berhasil mengisahkan kehidupan para sahabat Nabi dengan narasi yang bernas, mengalir, dan mengaduk emosi. Wajar jika buku ini mampu menyentuh hati dan bahkan menggoreskan kesan di benak pembaca; kagum akan generasi pertama di zaman Nabi. (n. mursidi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar