Judul buku : The Winner's Brain: Kiat Jitu Mengembangkan Otak Pemenang untuk Mencapai Sukses
Penulis : Jeff Brown & Mark Fenske
Penerbit : Gemilang (Kelompok Pustaka Alvabet), Jakarta
Cetakan : Pertama, 2012
Tebal buku : 296 halaman
ISBN : 978-602-19854-1-0
SEBAGIAN besar orang beranggapan bahwa orang sukses itu adalah mereka yang sejak lahir sudah ditakdirkan Tuhan untuk meraih keberhasilan. Maka, mereka yang sukses itu dipandang sebagai orang yang beruntung karena dianugerahi dengan otak yang cerdas atau cemerlang. Jika tidak, bisa jadi mereka itu dilahirkan di tengah keluarga kaya yang memiliki kekayaan berlimpah atau hidup di antara orang-orang yang tepat sehingga mendukung keberhasilan itu dengan mudah.
Tetapi bagi penulis buku The Winner's Brain ini, Jeff Brown dan Mark Fenske, pandangan itu tidak lebih sebagai mitos. Sebab, di mata kedua penulis yang memiliki latar belakang perilaku kognitif (Jeff) dan ahli saraf kognitif (Mark), kesuksesan itu hampir tidak berkaitan dengan kecerdasan, keadaan hidup, sumberdaya keuangan dan mengenal orang-orang yang tepat--apalagi keberuntungan. Sebaliknya, kesuksesan itu justru berkaitan dengan kemampuan melejitkan otak pemenang.
Jadi, setiap orang itu memiliki "peluang" untuk sukses dan menang. Pasalnya, setiap orang dianugerahi otak yang dapat mengantarkan pemilik otak tersebut melejit, dan bisa mewujudkan mimpi yang ingin diraih. Sebab "otak" itu mengalami perubahan --sesuai desain pemilik otak. Maka, orang yang dapat memiliki kendali atas perubahan otak itulah yang bisa menang dan sukses. Untuk membuktikan tesis itu, penulis tidak mengabaikan beberapa penilitian tentang perubahan otak bahkan dilengkapi wawancara dengan beberapa orang yang memiliki otak pemenang: bagaimana mereka meningkatkan kemampuan otak--agar bisa mengatasi hambatan dan tetap berjalan menuju kesuksesan.
August Rodin, seorang pematung Perancis yang cukup dikenal luas di dunia seni mungkin bisa disebut sebagai orang yang tak beruntung. Dia itu lahir dari keluarga miskin bahkan bisa disebut tak dianugerahi otak yang cerdas. Dia tiga kali ditolak ketika masuk ke sekolah seni. Tetapi, dia tidak putus asa. Dia justru memanfaatkan kegagalan dan kekecawaan itu sebagai aset untuk terus memupuk, mengembangkan dan membakar semangat dalam jiwanya. Tak pelak, jika pada akhirnya dia pun bisa meraih apa yang dia inginkan; menjadi pematung hebat.
Dari cerita itu, penulis ingin menegaskan bahwa kesuksesan seseorang itu tidak ditentukan oleh kecerdasan", melainkan oleh kegigihan dan motivasi. Dua kemampuan itu -di mata penulis-- adalah landasan bagi otak pemenang (hal. 4). Tapi kegigihan dan motivasi itu tidaklah cukup. Dalam buku ini, kedua penulis menjelaskan ada "delapan strategi" yang memengaruhi pemikiran, dan perilaku sehingga bisa membantu seseorang bangkit dari situasi kehidupan yang tak menyenangkan dan memberi mereka peluang untuk tumbuh, menang, dan sukses. Karena delapan strategi itu bisa memperkuat otak pemenang, dan menjadi faktor pemenang bagi seseorang.
Di antara delapan strategis itu, antara lain: pertama, kesadaran diri --"membayangkan jadi pemenang". Kesadaran diri yang dikembangkan dengan baik kemudian dibawa ke tingkat otak pemenang, tidak saja menjadikan orang itu lebih efektif dalam berhubungan (dengan orang lain), pekerjaan dan setiap aspek kehidupan, tapi juga dunia. Kedua, motivasi. Sebab, motivasi itu memudahkan orang mengatasi hambatan yang kerap membuat tak berdaya orang-orang yang kurang punya tekat. Ketiga, fokus. Otak sering dihadapkan banyak gangguan. Tetapi otak pemenang memiliki kemampuan memusatkan perhatian itu pada kegiatan yang sedang dikerjakan. Keempat, kesembangan emosi. penulis menjelaskan bahwa tanggapan emosi itu merupakan sumber informasi penting yang dapat memberi sumbangan terhadap proses pengambilan keputusan. Ketika emosi terjaga seimbang, otak pemenang bisa memanfaatkan daripada emosi itu akan mengendalikan secara membabi buta.
Kelima, memori tidak hanya membantu mengingat masa lalu, tetapi bisa digunakan untuk membantu menghadapi "masa depan" dan mengatur prediksi mengenai cara terbaik dalam menangani situasi yang baru. Keenam, kegigihan. Pemenang mengerti kegagalan itu tidak untuk dikutuk, tetapi dijadikan sumber semangat dan untuk bangkit dan tumbuh. Ketujuh, penyesuaian. Otak itu adalah organ yang sangat lentur dan lunak. Pemenang menerima kenyataan ini bahkan memanfaatkan fakta jika otak itu berubah. Delapan, pemeliharaan otak. Pemenang tahu kondisi otak, dan karena itu pemenang akan merawat dengan baik, memberi "makanan yang tepat" bahkan melatih, dan memberikan porsi pekerjaan yang sesuai.
Tidak salah lagi, orang yang memaksimalkan kognitif otak, memanfaatkan dan merawat otak itu dengan baik, maka ia akan memiliki otak pemenang dan menjadi pemenang dalam kehidupan. Dalam buku ini, dua penulis cukup mengagumkan dalam menjelaskan tentang struktur otak, saraf dan bahkan bagaimana mengatur strategi dalam mengembangkan potensi tersembunyi dari otak. Lebih dari itu, penulis bahkan mampu membangun "rumusan kesuksessan atau kemenangan" secara ilmiah yang didasarkan pada penelitian tentang otak (pemenang). Dari situ, penulis buku ini seakan membongkar apa yang ada di dalam otak orang sukses, atau pemenang kehidupan. Dan itulah kelebihan buku ini.
Mungkin buku ini akan terasa menjadi buku yang dijejali dengan "setumpuk penelitian ilmiah", kalau saja penulis tidak menceritakan kisah orang-orang sukses dan orang-orang yang menang dalam kehidupan. Pasalnya, kisah-kisah itulah yang kemudian menjadikan buku ini membumi dan kuat sebagai sebuah tesis dan hasil penelitian yang akurat. Jadi, buku ini bisa disebut bukan sekadar buku motivasi biasa, karena didasarkan pada riset yang kredibel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar